Presiden terpilih Joko Widodo
(Jokowi) ternyata tak terus-menerus menggunakan mobil antipeluru
Mercedes Benz S-600 yang disediakan Sekretariat Negara. Entah karena alasan apa, tiba-tiba Jokowi kembali menggunakan mobil Toyota Innova hal ini terjadi usai
menjadi saksi akad nikah seorang staf Pemprov DKI Jakarta, Minggu
(24/8/2014).
Ketika berangkat menuju lokasi acara akad di Masjid Sunda Kelapa,
Menteng, Jakarta, Jokowi menggunakan Mercedes antipeluru B 1190 RFS
sesuai standar VVIP.
Namun saat meninggalkan lokasi acara ia memilih
menumpang Toyota Innova hitam B 1124 BH yang selama ini dipakai untuk
kegiatan operasional sebagai Gubernur DKI Jakarta.
Dalam iring-iringan mobil yang dikawal Pasukan Pengamanan Presiden
(Paspampres), mobil Mercedes antipeluru berada di belakang Toyota Innova
yang ditumpangi Jokowi. "Ini kan baru mencoba seperti apa pakai Mercy
(Mercedes), pakai Kijang (Toyota Innova). Kalau dipakai berhenti di
pasar seperti apa," kata Jokowi.
Jokowi keluar dari rumah dinas Gubernur DKI Jakarta, Jalan Taman
Suropati Nomor 7, Menteng, Jakarta, sekitar pukul 09.15 WIB, didampingi
sang istri, Ny Iriana. Mengenakan jas hitam dan dasi warna merah, Jokowi
memilih duduk di sisi kiri mobil Mercedes, menuju Masjid Sunda Kelapa
yang hanya berjarak sekitar 300 meter dari rumah dinas.
Tiba di lokasi akad nikah pasangan Diponegoro Santoso (relawan
Jokowi-JK) dan Putri Rizki Arlita (staf Pemprov DKI Jakarta), Jokowi
langsung duduk di kursi saksi mempelai pria. Ijab kabul didahului
pembacaan Alquran dan tausiah petugas Kantor Urusan Agama (KUA)
Kecamatan Menteng.
Minggu sore, Jokowi beraktivitas kembali. Ia keluar dari rumah
dinasnya di Taman Suropati Menteng, Jakarta Pusat, menggunakan sedan
Mercedes Benz S600. Jokowi yang duduk di kursi belakang sebelah kiri
membuka kaca mobilnya untuk menyapa sejumlah warga. Pantauan
Tribunnews.com, Jokowi keluar rumah sekitar pukul 17.00 WIB untuk
mengunjungi Rumah Transisi, rapat tertutup dengan tim transisi.
Kesempatan tersebut pun digunakan warga untuk mengambil foto dan menyapa
Jokowi.
Dengan menggunakan kamera HP warga memotret gambar Jokowi yang
mengenakan kemeja putih tersebut. Selama perjalanan, mobil Mercy yang
ditumpangi Jokowi dikawal pasukan pengamanan presiden (Paspampres)
iring-iringan mobil yang mengiringi dari belakang.
Bahaya Menunggu Jokowi Lengah
Jokowi merasa pengamanan yang dilakukan oleh Pasukan Pengamanan Presiden (Paspampres) nanti tak perlu berlebihan. Bahkan dia mengaku tak mau diatur oleh Paspampres dan ingin tetap bisa blusukan bertemu dengan rakyat.
Namun gaya merakyat Jokowi ini dinilai membahayakan dirinya sendiri. Meskipun keamanan Indonesia dalam keadaan kondusif, Jokowi dinilai wajib memenuhi protokoler keamanan sebagaimana seorang presiden.
Pengamat intelijen Wawan Hari Purwanto mengatakan, Jokowi harus mengikuti aturan pengamanan VVIP seorang presiden. Meskipun, ingin bertemu langsung dengan masyarakat atau blusukan, tempat tersebut harus sudah di sterilisasi.
“Kalaupun misalnya Pak Jokowi mau merakyat ya dipersilakan, tapi memang harus dilakukan sterilisasi untuk jaga-jaga kemungkinan yang akan terjadi. Kalau menjadi kebiasaan di mana dia terlalu dekat dengan orang-orang tanpa sterilisasi, nanti pasti dipelajari orang, ini membuka peluang melakukan niat-niat tidak baik terutama menyangkut keselamatan,” kata Wawan saat berbincang dengan merdeka.com, Minggu (24/8/2014).
Wawan pun mengisahkan tentang Perdana Menteri Swedia Olof Palme yang memimpin negaranya dengan sangat egaliter. Sering berjumpa langsung dengan masyarakat tanpa pengawalan yang ketat. Palme pun harus meninggal dunia karena ditembak oleh orang tak dikenal saat berjalan kaki usai menonton bioskop.
“Kita harus belajar, dulu ada Perdana Menteri Swedia Olof Palme, dia sangat egaliter sekali, pulang jalan kaki, suatu saat dipelajari orang, setelah pulang nonton bioskop dia ditembak orang,” kata Wawan.
Dia tak melarang agar Jokowi sering blusukan dan bertemu dengan rakyat seperti yang kerap dilakukan saat menjabat sebagai gubernur DKI Jakarta. Namun, harus dengan aturan sesuai standar keamanan seorang presiden, tempat-tempat yang dikunjungi harus dilakukan sterilisasi terlebih dahulu.
“Karena nanti tentu akan ada orang-orang yang memanfaatkan situasi untuk masuk di celah-celah itu untuk melakukan penyerangan. Maka itu harus selalu waspada, SOP harus dipegang, meskipun mau blusukan monggo, tapi harus ada pengamanan ring 1, ring 2, ring 3, kalau ada yang terobos itu di ring 3 saja, tidak boleh ada pembiaran atau menjadi melanggar SOP, nanti malah berbahaya,” tutur Wawan.
Walaupun dia mengakui bahwa keamanan di Indonesia cukup kondusif sampai saat ini jauh dari keadaan yang terjadi di negara-negara berkonflik. Akan tetapi, potensi terjadinya kejahatan terhadap presiden akan tetap ada dan harus diwaspadai.
“Tapikan pada 2004 lalu ada latihan yang sasaran nembaknya Pak SBY, ada upaya pengeboman gubernur Sulawesi Selatan saat kampanye. zaman Soekarno juga lebih banyak penyerangan hanya memang tidak dipublish. Sebetulnya zaman Pak Harto juga ada, cuma memang tidak dipublish,” terang dia.
“Ini ya intinya hanya warning, karena kita kan ingin pencegahan dari pada penindakan, ini lebih baik mencegah tanpa mengurangi spirit untuk dekat dengan rakyat,” imbuhnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar