Selasa, 24 Juni 2014

Jokowi Kunjungi Pengrajin Tahu Tempe di Jambi

Calon presiden nomor urut dua Joko Widodo mengunjungi pengrajin tahu tempe di jalan Lorong Gembira, Kasang, Jambi Timur, Senin (24/6/2014). Ditempat tersebut, Jokowi berbicara soal pinjaman modal kerja, kelangkaan kedelai, dan modernisasi alat.
Jokowi yang mengenakan kemeja kotak-kotak ini tiba di lokasi pukul 13.20 WIB seusai berorasi di Pasar Angso Duo. Ratusan warga Kasang tampak berjejer rapi menanti kedatangan Jokowi. Pria kelahiran Solo ini pun mengelilingi rumah pengrajin tempe tahu satu-persatu.
Tiba di rumah seorang pengrajin tempe bernama Syamsul, Jokowi tampak mengamati produksi tempe mulai dari pemilihan kedelai hingga tahap pengemasan. Jokowi mengaku usaha Syamsul merupakan salah satu bentuk ekonomi kerakyatan, sebab ditempat kecil itu Syamsul mampu memproduksi sebanyak 20 ton tempe sehari dengan jumlah karyawan tidak lebih dari sepuluh orang.
"Ternyata tempe itu ada yang dibuat dari plastik dan daun, sehari bisa 20 ton. Ini adalah ekonomi kerakyatan kita. Usaha yang menurut saya omsetnya tinggi jadi kekuatan kita," ujarnya di lokasi.
Sementara itu, Syamsul menyesalkan harga kedelai yang kerap tidak stabil, sehingga omset penjualannya menjadi berkurang.
"Problemnya itu suplai kedelai yang tidak pasti, naik turun. Harga kedelai saat ini Rp 9.500 jadinya harga tempe jadi naik perbatangnya Rp 12 ribu," ujarnya kepada Jokowi.
Di lokasi sentra industri tempe trsebut, Jokowi mengatakan ada dua masalah utama dalam industri pembuatan tempe dan tahu yakni menjaga kestabilan harga bahan baku dan menjaga ketersediaan suplai bahan baku.
"Untuk jaga kestabilan harga bahan baku, bisa tidak daerah impor sendiri kacang kedelainya? Selama ini impor selalu melalui pusat dan sering dipermainkan oleh pengimpor yang memiliki stok banyak, oleh sebab itu kalau koperasinya sanggup, kita bisa impor sendiri," kata Jokowi.
Lebih lanjut Jokowi berkomitmen akan memberi insentif pengusaha rumahan tempe dengan menggratiskan Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP) dan Tanda Daftar Perusahaan (TDP). Dengan demikian diharapkan pengusaha mikro kecil dan menengah dapat memiliki akses permodalan melalui bank.
"Hal konkret pertama yang harus diselesaikan adalah masalah perizinan. Perizinan harus digratiskan sehingga pengusaha kecil bisa punya akses ke permodalan. Usaha mereka kan feasible?dan bankable. Tapi sayangnya banyak yang tidak punya SIUP jadi tidak bisa akses permodalan," katanya.
Dengan akses modal maka industri kecil bisa bersaing di kancah nasional maupun internasional.
"Syaratnya negara harus hadir di sana, tugas negara bantu memasarkan di luar negeri supaya bisa ekspor. Namun kualitas harus ditingkatkan agar bisa tembus pasar ekspor," katanya.
Salah satu buruh pekerja di pabrik tempe, Samsul, berharap jika Jokowi menjadi presiden maka bisa lebih memperhatikan nasib industri tempe rumahan dan memastikan ketersediaan suplai bahan baku.
"Harapan kami Bapak bisa mengusahakan bagaimana agar harga kacang kedelai turun seperti semula yakni Rp 6.000 dari harga sekarang Rp 9.500. Dengan demikian upah kami bisa sedikit naik," kata Samsul yang sudah bekerja di pabrik tempe sejak tahun 1970-an itu.
Mendengar keluhan Syamsul, Jokowi berjanji akan menstabilkan harga kedelai bila menjadi presiden periode 2014-2019.  "Harapannya beliau adalah sangat simpel. Kita sebagai pemerintah harus berikan itu, negara harus tahu dan hadir beri solusi," tutupnya.   [metrotvnews,antara]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar