Sabtu, 01 Februari 2014

Kata Maswadi Rauf, Jokowi Idem SBY, Pencitraan!

Kiprah Jokowi dalam pemberitaan di media massa lebih dikarenakan sebagai produk pencitraan dan bukan akibat kemampuan kinerjanya sebagai Gubernur DKI Jakarta. Hal itu dikemukakan pengamat politik Universitas Indonesia, Maswadi Rauf di Jakarta, Sabtu (1/2/2014).
"Jadi, apa bedanya Jokowi dengan SBY, yang sebelumnya juga merupakan hasil produk pencitraan media," ujarnya.
Menurut Maswadi, publik memang melihat ada perbedaan Jokowi dengan tokoh lain, melalui gaya blusukannya yang cukup menyenangkan.
Hanya saja, hal itu pun tidak berbeda dengan gaya pencitraan oleh politisi maupun tokoh lainnya.
Karena itu, kalangan di PDIP perlu mencermati adanya pola dan aspek pencitraan Jokowi yang terlalu berlebihan, dan tidak lalu otomatis dipaksakan menjadi calon presiden pada Pilpres 2014.
"Megawati tentu sadar bahwa keberadaan Jokowi saat ini dipenuhi oleh kemasan pencitraan, melalui peran media yang mengurasnya habis-habisan," jelasnya.
Pada bagian lain, Maswadi tidak melihat adanya prestasi Jokowi yang membanggakan baik dalam mengatasi banjir ataupun kemacetan di Jakarta.
Bahkan, katanya, meski untuk tujuan menarik simpati publik, upaya Jokowi melarang penjualan mobil murah di Jakarta, justru dirasakan tidak konkret sekaligus sulit diimplementasikan. "Itu, kan sama saja melarang hak orang untuk punya mobil, apalagi harganya murah," ungkapnya.
Ia menambahkan, Jokowi baru akan dinilai strategis jika kepemimpinannya dalam membangun Jakarta, berhasil menciptakan manfaat besar baik untuk kepentingan wilayah ibukota maupun warganya, termasuk dapat berdampak positif bagi lingkungan daerah penyangga sekitar Jakarta.
Selanjutnya, Maswadi mengharapkan Megawati Soekarnoputri selaku Ketua Umum PDIP tidak perlu menuruti keinginan sejumlah kader PDIP atau pihak lain di luar partainya, yang terus mendesak partai tersebut guna mengusung pencapresan Jokowi.
Sebaliknya, sebagai sosok paling berpengaruh dan telah membesarkan PDIP di kancah nasional secara fenomenal, Megawati dapat mendorong Jokowi untuk membangun pengalaman dan kinerja, utamanya dalam menuntaskan tanggungjawab memimpin Jakarta sesuai janjinya pada kampanye Gubernur DKI Jakarta 2012 silam.
"Megawati tidak usah terpengaruh ramainya dukungan buat Jokowi. Sebab, dukungan itu hanya ikut-ikutan tren yang sedang ramai. Sebentar lagi tren itu bisa hilang juga," katanya.


Sumber :
edisinews.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar