Kamis, 09 Januari 2014

Jokowi dan "Personality Politics" Penentu Pemilu Presiden 2014

Kepribadian kandidat dinilai bakal menjadi penentu dalam Pemilu Presiden 2014 di Indonesia. Kondisi itu dikenal sebagai personality politics.
"Sosok yang paling berkharisma (dan) mampu menggugah perhatian warga yang akan terpilih," kata Associate Professor Leonard Sebastian, Direktur Program Studi Indonesia di Rajaratnam School of International Studies, Singapura, akhir pekan lalu.
Sebastian mengatakan, pemilu Indonesia tidak ditentukan oleh ideologi ataupun platform partai politik. Contoh personality politics yang berlangsung di Indonesia, sebut dia, adalah melejitnya popularitas Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo (Jokowi).
Sosok Jokowi dengan kegiatan blusukan-nya, kata Sebastian, mampu menggugah warga, terutama dari kalangan miskin yang tinggal di kawasan kumuh. Jokowi digambarkan sebagai sosok yang merakyat dan tak elitis.
Bisnis Jokowi pun diyakini publik dibangun dari bawah sehingga tahu rasa hidup susah. Sebastian mengatakan, kinerja Jokowi dalam satu tahun terakhir memimpin Jakarta juga terlihat lebih sukses dibandingkan kinerja lima tahun pendahulunya, Fauzi Bowo.

Tantangan PDI-P
Namun, Sebastian menyebutkan pula satu pertanyaan besar yang akan muncul bila Jokowi ternyata tak menjadi calon presiden yang diusung Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan, sekalipun tetap maju dalam Pemilu Presiden 2014.
"Pertanyaannya adalah apakah kepribadian Jokowi akan tetap mampu mendulang suara jika (hanya) dicalonkan menjadi wakil presiden mendampingi Megawati Soekarnoputri," papar profesor dari Australian National University ini.
Sampai saat ini belum ada sinyal nyata dari Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan tentang calon yang akan mereka usung dalam Pemilu Presiden 2014. Siapa pun calon yang diusung partai ini, kata Sebastian, penantang mereka adalah Prabowo Subianto dan Aburizal Bakrie.
Prabowo, papar Sebastian, adalah tokoh populer di pedesaan. Karakter Prabowo juga dikenal tegas, imbuh dia, menjadi antitesis dari figur Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Adapun figur Aburizal, Sebastian menilainya punya kekurangan dari sisi kharisma dan star power.
Menurut Sebastian, stigma Prabowo sebagai pelanggar HAM tidak akan punya pengaruh signifikan. "Prabowo sudah membangun citranya sejak 2009 dan masyarakat mengenalnya, faktor yang sangat penting," ujar dia.
Sementara itu, Partai Demokrat diperkirakan hanya akan memperoleh suara sekitar 10 persen. Bisa maju atau tidaknya kandidat hasil konvensi calon presiden yang digelar partai itu, menurut dia, akan tergantung pada tawar-menawar politik Partai Demokrat dengan koalisinya.
Dari semua peserta konvensi, Sebastian menyebut mantan KSAD, Pramono Edhie Wibowo, dan Menteri Perdagangan Gita Wirjawan sebagai kandidat yang paling berpeluang memenangi proses seleksi internal tersebut.

Sumber :
kompas.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar