Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo (Jokowi) dan Wakil Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) berkali-kali menggertak semua pejabat SKPD Pemprov DKI
Jakarta. Di balaikota pada pekan ketiga Juni 2013, gubernur memakai
istilah akan menyembelih pejabat yang dianggap tidak melakukan tugas
sesuai dengan instruksinya.
Bluffing menjelang akhir tahun ini
kembali ditegaskan Ahok. Katanya, semua kepala dinas atau satuan kerja perangkat daerah
(SKPD) yang tidak mampu mengikuti ritme kerjanya bersama gubernur bakal
diganti tenaga ahli berstatus PNS dari luar pemprov.
Latar-belakang
masalah paling menonjol yaitu rendah penyerapan dana pembangunan. Dari
total Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) 2013 sekitar 50,1T hanya mampu direalisasikan 70,17 persen atau masih tersisa
sekitar 14,4T.
Tahun 2013 tersisa satu hari lagi atau
selesai besok. Warga Jakarta tak banyak mendapatkan pelayanan
infrastruktur baru. Fenomenanya dipersepsikan sebagai akibat perbuatan
lelet kepala-kepala dinas.
Ketua DPRD DKI Ferrial Sofyan melalui
Pos Kota menjelang akhir pekan lalu melontarkan kritik kepada Jokowi-Ahok. Katanya, keberhasilan
keduanya hanya yang tampak-tampak saja. Misal, penataan trotoar,
mempercantik jalur hijau di median dan tepi badan jalan, melelang
jabatan lurah –camat, pendistribusian Kartu Jakarta Pintar serta Kartu
Jakarta Sehat.
Persoalan serius yang tidak kelihatan justru
menggurita. Dicontohkannya berupa skandal legialitas badan usaha
asuransi layanan kesehatan gratis. Nilai anggaran yang dialokasikan 1,5T hanya ditempuh lewat penunjukkan.
Perkara lain yang
membelit berupa kerunyaman administrasi tata laksana pembangunan terjadi
hampir di semua SKPD. Jika datanya faktual, cepat atau lambat lebar
kemungkinan bagi Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) turun gunung.
Ada
baiknya kita berharap kepada Jokowi-Ahok mengerem ucapan beraroma
bluffing atau menggertak. Mencopot pejabat adalah kewenangannya. Namun,
mengganti dengan pendatang baru rawan kegaduhan birokrasi.
Seahli
apa yang bersangkutan tetap saja berhadapan dengan PNS lain yang
sehari-hari bertindak sebagai pelaksana. Jumlahnya berkisar 7 ribu orang
berada pada kepanitiaan lelang senilai 200J ke atas dari sekitar
60 ribu item proyek.
Gertakan rawan menyulut solidaritas. Lebih
targis daripada itu, pejabat pengganti jangan-jangan nanti datang ke
kantor hanya bisa mengelus dada di balik menja kerjanya.
Menurut
hemat kita, sukses seseorang akibat kerja keras kaki-tangannya. Kenierja
sederet SKPD di Pemprov DKI Jakarta, tak bisa lepas dari tingkat
kepiawian pucuk pemimpinnya.
Semoga saja bluffing Jokowi-Ahok itu tidak menggumpal menjadi bom waktu.
Sumber :
Pos Kota
Tidak ada komentar:
Posting Komentar