Pengamat komunikasi politik dari Universitas Airlangga, Suko Widodo, menilai serangan kubu Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) terhadap Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo (Jokowi) salah sasaran. Jika kelompok ini terus menyerang Jokowi, justru membuat Partai Demokrat (PD) merugi.
"Dalam komunikasi politik, apa yang dilakukan SBY terhadap Jokowi itu salah tembak, salah sasaran," kata Suko saat dihubungi Tempo, Jumat (8/11/2013). Ia menyarankan SBY harus berhati-hati jika memutuskan menyerang Jokowi. "Lihat problemnya. Lihat konteksnya."
Menyalahkan Jokowi, Suko menambahkan, hanya akan menjadi bumerang bagi kubu SBY. Karena dia adalah raising star alias tokoh yang sedang naik daun. "Semakin dilawan, semakin besar. Tidak dilawan pun tetap besar."
Menurut Suko, pola hubungan Jokowi dengan masyarakat DKI sudah sangat kuat. Sebab, Jokowi mampu menyatukan semua elemen masyarakat. Pendukung Jokowi dan warga Jakarta juga tergolong masyarakat yang cerdas. "Mereka tahu, problem macet ini tidak bisa diselesaikan oleh seorang gubernur saja."
Yang terjadi, kata Suko, masyarakat justru akan berdiri di belakang Jokowi. Empati masyarakat semakin besar. Apalagi mereka menyadari bahwa sebelum Jokowi datang, Jakarta sudah macet.
Belakangan, petinggi PD yang 'mengeroyok' Jokowi terus bertambah. Anggota Komisi Perhubungan DPR RI, Mulyadi, misalnya, menyatakan kemacetan di Ibu Kota Jakarta merupakan tanggung jawab Jokowi. Pernyataan ini untuk membela pemimpin partainya, SBY, yang merasa tersindir atas pernyataan pimpinan negara-negara di Asia Tenggara dalam pertemuan East Asian Summit 2013. Dia mengatakan, "Saya seperti tertusuk ketemu teman-teman perdana menteri. Saya tidak enak ditanyakan solusi. Yang harus menjelaskan bukan saya, tapi Gubernur-nya," kata SBY di Istana Bogor, Senin (4/11/2013).
Sumber :
tempo.co
Tidak ada komentar:
Posting Komentar