Lingkaran Survei Indonesia (LSI) membantah telah sengaja 'menghilangkan' nama Joko Widodo ( Jokowi ) dan Prabowo Subianto dalam hasil risetnya yang dirilis kemarin. Peneliti LSI, Adjie Alfaraby, berdalih hilangnya dua nama tokoh itu adalah konsekuensi dua indikator yang dipakai.
Master komunikasi politik jebolan Universitas Indonesia (UI) ini menjelaskan dua indikator tersebut yakni: tradisi politik dan parliamentary threshold (PT).
"Dalam tradisi politik kita, dari pemilu yang sudah-sudah, yang dimajukan sebagai capres itu pimpinan struktural partai, dan tentunya yang partainya lolos aturan parliamentary threshold," papar Adjie.
Dengan alasan Jokowi bukan pimpinan struktural partai dan elektabilitas Gerindra, partai pengusung Prabowo, masih rendah, maka LSI tidak memasukkan dua tokoh itu dalam survei. "Jadi kita tidak mem-frame dari awal," dalihnya.
Soal tudingan LSI merekayasa survei, Adjie menganggap enteng. Menurutnya, kritikan itu bukan pertama kali didapat lembaga pimpinan Denny JA itu.
"Itu bukan tudingan yang baru. Kalau menjaga kredibilitas sejak pertama kali muncul, dan kami bukan lembaga yang bertahan baru satu dua tahun," ujarnya.
Seperti diberitakan, nama Jokowi dan Prabowo tidak dimasukkan dalam survei capres LSI yang dirilis kemarin. Adapun hasil survei menunjukkan, Megawati menjadi calon presiden riil potensial 2014 dengan rata-rata perolehan suara 31,4 persen. Kemudian diikuti oleh Aburizal Bakrie dengan capaian rata-rata 30,35 persen.
Selanjutnya, nama-nama calon presiden dari Partai Demokrat yang masih tahap konvensi hanya bisa memperoleh 9,2 untuk Dahlan Iskan, Pramono Edhie 3,5 persen, Marzuki Alie 5,5 persen, 1,9 persen saat semuanya ditarungkan dengan Megawati dan Aburizal Bakrie.
Sumber :
merdeka.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar