Senin, 07 Oktober 2013

Jokowi dalam Pusaran Calon Presiden di Lembaga Survei

Fenomena Joko Widodo (Jokowi) dan Anti-tesa Prabowo Subianto menempati urutan teratas pada presentase elektabilitas para capres diantara beberapa lembaga survei di Indonesia.
Kristiadi menuturkan beberapa alasan tentang Jokowi. Penampilan Jokowi dinilai sesuai dengan sentimen publik. Bukan hanya karena penampilannya yang lugu dan polos, tetapi dia juga mengeksekusi banyak hal yang tidak pernah dilakukan oleh gubernur lain.
"Jokowi itu antitesa dari semua calon presiden yang ada," tuturnya kepada Media Indonesia (7/10/2013).
Kristiadi mengungkapkan, Pemilu 2014 harus menjadi kemenangan rakyat, bukan menjadi kemenangan dari para petualang politik. Siapapun yang menjadi wakil rakyat, atau presiden harus benar-benar bisa wakil rakyat.
"Kita butuh calon presiden yang baru yakni seperti Jokowi yang mampu menyentuh rakyat secara langsung dan tidak sebatas janji-janji palsu. Mengenai orang-orang lama, ibaratkan Watuk (dalam bahasa jawa yang artinya batuk) bisa diobati. Sedangkan watak, itu yang sulit," ungkapnya.
Hal senada diungkapkan Pengamat LIPI, Ikrar Nusa Bakti. Ikrar menuturkan, pemilu 2014 bisa lebih baik dengan adanya calon-calon presiden baru yang muncul seperti Jokowi dan Prabowo. Ikrar percaya calon-calon baru ini mampu bersaing dengan calon-calon lama.
"Mengenai orang-orang lama, kalau ada capres baru, tentu orang lebih memilih mereka, dan tentunya agak sulit bagi orang-orang lama untuk mendapatkan elektabilitas," tutur Ikrar.
Lanjut Kristiadi, kinerja Jokowi terlihat nyata dan dirasakan langsung oleh rakyat, terutama warga Jakarta. Fenomena ini menjadikan dirinya sebagai calon presiden yang pantas bagi rakyat Indonesia.

"Lihat saja Waduk Pluit dan Pasar Tanah Abang. Kedua tempat itu dipenuhi oleh para mafia, tapi Jokowi tidak gentar. Disikat semua itu. Wajar saja dalam setengah tahun elektabilitasnya melonjak secara spontanik dari Desember 2012 dengan presentase 17,7 persen meningkat menjadi 32,5 persen," jelas Kristiadi.

Namun, mengenai Jokowi, Kristiadi mengatakan, tentunya pencalonan Jokowi menjadi calon presiden adalah kewenangan dari PDIP. Apakah Megawati bersedia menjadi Ibu Bangsa, atau tetap ingin untuk maju menjadi capres.

"Selain itu, Jokowi juga bisa diganjal pada UU 32/2004 tentang pasal pengunduran diri pejabat pemerintahan daerah. Begitu juga tekanan politik dari Prabowo elektabilitasnya terus meningkat," kata Kristiadi.

Mengenai Prabowo, menurut Ikrar, Prabowo memang antitesis dari SBY. Walaupun muncul capres seperti Prabowo, antitesa itu tidak berlaku lagi. Rakyat sepertinya tidak ingin memilih dari mantan militer.
Pengamat CSIS, J Kristiadi menuturkan, perang calon presiden pada Pemilu Pilpres 2014 nanti sebenarnya berkisar antara Jokowi dan Prabowo.

Sumber :
metrotvnews.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar