Kemunculan Joko Widodo (Jokowi) dalam pentas perpolitikan Indonesia membawa efek kejut dan mengubah peta calon presiden 2014. Kader terbaik Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P) tersebut menguasai bursa survei sebagai kandidat calon presiden terpopuler. Bahkan lebih tinggi dari grup band Metallica.
Hal ini secara tidak langsung mengganggu banyak parpol sekaligus
mengancam kandidat capres lainnya. "Tentu saja, Jokowi mulai terasa
degungnya. Padahal, Jokowi sendiri belum resmi ditetapkan sebagai Capres
dari PDIP," kata Direktur Lingkar Madani Indonesia Ray Rangkuti,
Jakarta, Senin (16/9/2013).
Ia menambahkan, Jokowi yang belum berkampanye sebagai capres saja sudah
mengancam kandidat lainnya dan mendapat simpati dari masyarakat luas.
"Bayangkan saja, sejak ia mulai digadang-gadang jadi capres, hanya dalam
hitungan 6 bulan popularitas jokowi sudah melampaui semua capres yang
pernah populer. Bahkan dengan tingkat elektabilitas tertinggi," kata Ray.
Dua capres yang paling terancam dengan kehadiran Jokowi adalah capres
yang akan diusung Partai Gerindra Prabowo Subianto dan Aburizal Bakrie
yang sudah dicalonkan oleh Partai Golkar.
"Di hampir semua survey, nama Prabowo mulai tenggelam di bawah Jokowi.
Sementara Aburizal tidak pernah naik. Sekalipun popularitas Aburizal
naik 1% perbulan, ia tetap tidak dapat melampaui elektablitas Jokowi
yang terus merangkak ke 40%," kata Ray.
Masalah yang akan dihadapi Jokowi jika maju sebagai capres bukan pada elektabilitas. Tapi pada pasangannya di pilpres 2014.
"Kehadiran Jokowi akan mengubah banyak peta capres. Dan membuat capres
seperti Prabowo kembali harus kerja lebih keras," kata Ray.
Prabowo yang gencar dengan serangan iklan di media massa harus berbuat
lebih untuk mengalahkan Jokowi. "Untuk kedepannya, ia mesti kerja lebih
dari itu," tukasnya.
Ray mengatakan, kekuatan Jokowi sesungguhnya terletak pada kehadirannya
ditengah masyarakat yang selalu disambut dengan antusiasi. "Inilah yang
menjadi kekuatan jokowi," katanya.
Lawan-lawan politik Jokowi yang mulai terancam sudah pasti akan berusaha
menurunkan elektabilitas dari mantan Walikota Solo itu. Diantaranya
adalah serangan opini bahwa Jokowi tidak pernah menyelesaikan masa
jabatannya karena menjadi 'kutu loncat' jabatan.
Selain itu, lawan politik Jokowi juga akan mencari-cari kesalahan dan korupsi yang dilakukan oleh kader PDI-P tersebut.
"Tapi nampaknya tidak terlalu banyak menurunkan elektabilitasnya.
Soalnya, sejauh apapun tarikannya, elektabilitas Jokowi tetap dianggap
lebih baik dari lawan-lawannya tetap tidak lebih baik di mata
masyarakat.
Sumber :
metrotvnews.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar