Senin, 16 September 2013

Efek Kejut Jokowi Yang Memiriskan Capres Lain

Kemunculan Joko Widodo (Jokowi) dalam pentas perpolitikan Indonesia membawa efek kejut dan mengubah peta calon presiden 2014. Kader terbaik Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P) tersebut menguasai bursa survei sebagai kandidat calon presiden terpopuler. Bahkan lebih tinggi dari grup band Metallica.
Hal ini secara tidak langsung mengganggu banyak parpol sekaligus mengancam kandidat capres lainnya. "Tentu saja, Jokowi mulai terasa degungnya. Padahal, Jokowi sendiri belum resmi ditetapkan sebagai Capres dari PDIP," kata Direktur Lingkar Madani Indonesia Ray Rangkuti, Jakarta, Senin (16/9/2013).
Ia menambahkan, Jokowi yang belum berkampanye sebagai capres saja sudah mengancam kandidat lainnya dan mendapat simpati dari masyarakat luas. "Bayangkan saja, sejak ia mulai digadang-gadang jadi capres, hanya dalam hitungan 6 bulan popularitas jokowi sudah melampaui semua capres yang pernah populer. Bahkan dengan tingkat elektabilitas tertinggi," kata Ray.
Dua capres yang paling terancam dengan kehadiran Jokowi adalah capres yang akan diusung Partai Gerindra Prabowo Subianto dan Aburizal Bakrie yang sudah dicalonkan oleh Partai Golkar.
"Di hampir semua survey, nama Prabowo mulai tenggelam di bawah Jokowi. Sementara Aburizal tidak pernah naik. Sekalipun popularitas Aburizal naik 1% perbulan, ia tetap tidak dapat melampaui elektablitas Jokowi yang terus merangkak ke 40%," kata Ray.
Masalah yang akan dihadapi Jokowi jika maju sebagai capres bukan pada elektabilitas. Tapi pada pasangannya di pilpres 2014.
"Kehadiran Jokowi akan mengubah banyak peta capres. Dan membuat capres seperti Prabowo kembali harus kerja lebih keras," kata Ray.
Prabowo yang gencar dengan serangan iklan di media massa harus berbuat lebih untuk mengalahkan Jokowi. "Untuk kedepannya, ia mesti kerja lebih dari itu," tukasnya.
Ray mengatakan, kekuatan Jokowi sesungguhnya terletak pada kehadirannya ditengah masyarakat yang selalu disambut dengan antusiasi. "Inilah yang menjadi kekuatan jokowi," katanya.
Lawan-lawan politik Jokowi yang mulai terancam sudah pasti akan berusaha menurunkan elektabilitas dari mantan Walikota Solo itu. Diantaranya adalah serangan opini bahwa Jokowi tidak pernah menyelesaikan masa jabatannya karena menjadi 'kutu loncat' jabatan.
Selain itu, lawan politik Jokowi juga akan mencari-cari kesalahan dan korupsi yang dilakukan oleh kader PDI-P tersebut.
"Tapi nampaknya tidak terlalu banyak menurunkan elektabilitasnya. Soalnya, sejauh apapun tarikannya, elektabilitas Jokowi tetap dianggap lebih baik dari lawan-lawannya tetap tidak lebih baik di mata masyarakat.

Sumber :
metrotvnews.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar