Rabu, 12 Juni 2013

Penolak MRT Layang: Jokowi Bohong dan Pencitraan

Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo menyatakan tidak ada lagi warga di Jalan Fatmawati, Jakarta Selatan, yang menolak pembangunan jakur Mass Rapid Transit (MRT) Layang. Namun, bagi Alex Taroreh, salah seorang warga dan juga anggota dari Masyarakat Peduli MRT, pernyataan Jokowi tidak benar. Alex berujar jika proyek MRT hanya proyek kampanye Jokowi untuk menapaki bursa calon Presiden.
"Jokowi bohong, biasa bila sudah di Jakarta sudah berubah. Apalagi mau naik ke atas, untuk pencitraan Pak Jokowi karena MRT lagi populer. Tidak ada lagi pakai hati seperti di kota kecil seperti di Solo dan Belitung," kata Alex, Selasa (11/6/2013) malam.
Selain itu, Alex juga membantah pihaknya telah melakukan pembicaraan dengan Wali Kota Jakarta Selatan Syamsuddin Noor. Menurutnya, warga telah meminta diadakannya dialog, namun tidak pernah terealisasi.
"Pak Lieus (Lieus Sungkaresma, salah seorang warga anti-MRT layang yang lain) pernah minta, sampai sekarang belum ada kabar apa-apa alias buntu," tegas Alex.
Sementara, terkait Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL) proyek MRT, Alex mengaku tidak habis pikir. Dia hanya bisa menyatakan Amdal harus melibatkan warga, dan sampai saat ini tidak ada warga yang dilibatkan dalam pembuatan Amdal terbaru.
"Amdal pertama 2005 sudah kadaluarsa tahun 2008, karena berlaku 3 tahun. Dan Amdal tidak bisa diperpanjang alias harus buat ulang. Kalau buat ulang ada warga dilibatkan, karena Amdal wajib melibatkan persetujuan warga yang terkena penggusuran. Penggusurannya apa ada?" ujar Alex.
Sebelumnya, Jokowi meminta agar pembangunan proyek MRT segera dimulai pada Oktober 2013. Pengerjaan proyek MRT dibagi menjadi delapan paket konstruksi sipil. Tiga konstruksi dibangun di bawah tanah (subway) di sepanjang Jalan Sisimangaraja hingga Bundaran Hotel Indonesia. Tiga konstruksi dibangun dengan jalur layang (elevated), yaitu sepanjang Lebak Bulus hingga Al Azhar. Dua paket lainnya berupa pengadaan sistem dan rolling stock.
Dari delapan paket tersebut, enam paket sudah dilelangkan, yakni tiga paket bawah tanah dan tiga paket jalur layang. Konstruksi MRT bawah tanah dikerjakan terlebih dulu pada Oktober 2013 karena waktu pembangunannya lebih lama dibandingkan dengan konstruksi layang. Megaproyek ini diperkirakan akan menghabiskan dana sebesar 125 miliar yen atau sekitar Rp 12,5 triliun.


Sumber :
kompas.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar