Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo menyatakan tidak ada lagi warga di
Jalan Fatmawati, Jakarta Selatan, yang menolak pembangunan jakur Mass Rapid Transit
(MRT) Layang. Namun, bagi Alex Taroreh, salah seorang warga dan juga
anggota dari Masyarakat Peduli MRT, pernyataan Jokowi tidak benar. Alex
berujar jika proyek MRT hanya proyek kampanye Jokowi untuk menapaki
bursa calon Presiden.
"Jokowi bohong, biasa bila sudah di Jakarta
sudah berubah. Apalagi mau naik ke atas, untuk pencitraan Pak Jokowi
karena MRT lagi populer. Tidak ada lagi pakai hati seperti di kota kecil
seperti di Solo dan Belitung," kata Alex, Selasa (11/6/2013) malam.
Selain
itu, Alex juga membantah pihaknya telah melakukan pembicaraan dengan
Wali Kota Jakarta Selatan Syamsuddin Noor. Menurutnya, warga telah
meminta diadakannya dialog, namun tidak pernah terealisasi.
"Pak
Lieus (Lieus Sungkaresma, salah seorang warga anti-MRT layang yang lain)
pernah minta, sampai sekarang belum ada kabar apa-apa alias buntu,"
tegas Alex.
Sementara, terkait Analisis Mengenai Dampak Lingkungan
(AMDAL) proyek MRT, Alex mengaku tidak habis pikir. Dia hanya bisa
menyatakan Amdal harus melibatkan warga, dan sampai saat ini tidak ada
warga yang dilibatkan dalam pembuatan Amdal terbaru.
"Amdal
pertama 2005 sudah kadaluarsa tahun 2008, karena berlaku 3 tahun. Dan
Amdal tidak bisa diperpanjang alias harus buat ulang. Kalau buat ulang
ada warga dilibatkan, karena Amdal wajib melibatkan persetujuan warga
yang terkena penggusuran. Penggusurannya apa ada?" ujar Alex.
Sebelumnya,
Jokowi meminta agar pembangunan proyek MRT segera dimulai pada Oktober
2013. Pengerjaan proyek MRT dibagi menjadi delapan paket konstruksi
sipil. Tiga konstruksi dibangun di bawah tanah (subway) di sepanjang Jalan Sisimangaraja hingga Bundaran Hotel Indonesia. Tiga konstruksi dibangun dengan jalur layang (elevated), yaitu sepanjang Lebak Bulus hingga Al Azhar. Dua paket lainnya berupa pengadaan sistem dan rolling stock.
Dari
delapan paket tersebut, enam paket sudah dilelangkan, yakni tiga paket
bawah tanah dan tiga paket jalur layang. Konstruksi MRT bawah tanah
dikerjakan terlebih dulu pada Oktober 2013 karena waktu pembangunannya
lebih lama dibandingkan dengan konstruksi layang. Megaproyek ini
diperkirakan akan menghabiskan dana sebesar 125 miliar yen atau sekitar
Rp 12,5 triliun.
Sumber :
kompas.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar