Presiden Joko Widodo (Jokowi) untuk kedua kalinya
menggelar rapat kabinet terbatas khusus untuk membahas pelemahan rupiah
di Istana Merdeka, Selasa (23/12/2014). Bank Indonesia dan Otoritas Jasa
Keuangan juga dilibatkan dalam rapat kali ini.
"Dengan gubernur
BI, ini adalah koordinasi formal pertama antara presiden dengan gubernur
BI yang antara lain akan dibahas tentang situasi nilai rupiah dan
sinkronisasi antara kebijakan moneter dan fiskal kepada pemerintah dan
Otoritas Jasa keuangan," kata Sekretaris Kabinet Andi Widjajanto di
istana kepresidenan, Selasa (23/12/2014).
Andi belum mau mengungkapkan opsi
apa yang disiapkan pemerintah untuk mengangkat kembali rupiah. Solusi
yang akan diambil pemerintah, sebut Andi, akan disampaikan usai rapat.
Hadir
dalam rapat kali ini adalah Wakil Presiden Jusuf Kalla, Menteri
Koordinator Perekonomian Sofyan Djalil, Menteri BUMN Rini Soemarno,
Menteri Keuangan Bambang Brodjonegoro, Gubernur Bank Indonesia Agus
Martowardoyo, Menteri Perdagangan Rachmat Gobel, dan perwakilan Otoritas
Jasa Keuangan.
Sebelum rapat ini dilakukan, Jokowi juga sudah pernah menggelar rapat serupa pada 17 Desember lalu. Hasil rapat itu tak mengambil kebijakan strategis apa pun.
Wakil
Presiden Jusuf Kalla usai rapat hanya mengklarifikasi penyebutan
pelemahan rupiah. Menurut JK, nilai rupiah masih jauh lebih baik
dibandingkan mata uang lainnya seperti Won Korea, Dollar Australia, Yen
Jepang, dan Rubel Rusia.
Dia pun menuturkan bahwa nilai mata uang
rupiah yang sempat menyentuh Rp 12.900 per dollar itu dikarenakan
penguatan ekonomi Amerika Serikat. Dengan kondisi itu, JK mendorong
ekspor yang bisa mengambil keuntungan dari naiknya nilai dollar. [kompas]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar