Perolehan suara Partai NasDem di Pemilu 2014 silam tidaklah signifikan.
Namun partai baru ini mendapat tempat strategis di pemerintahan
Jokowi-JK.
Partai NasDem adalah partai yang pertama kali
menyatakan dukungan terhadap pencapresan Jokowi-JK. NasDem juga yang
pertama kali mendukung gagasan koalisi tanpa syarat yang menjadi cikal
bakal Koalisi Indonesia Hebat.
Kala itu Ketua Umum NasDem Surya
Paloh seolah menempatkan sebagai King Maker bersama Ketum PDIP Megawati
Soekarnoputri di balik sukses Jokowi di Pilpres 2014. Surya Paloh
menginstruksikan seluruh jajaran Partai NasDem dan semua sumber daya
yang dimilikinya untuk menyukseskan Jokowi-JK.
Setelah Jokowi-JK
menang Pilpres, Surya Paloh tak mau buru-bucu bicara soal jatah menteri
NasDem. Kala itu NasDem pernah sesumbar tak masalah tak mendapatkan
menteri di Kabinet Jokowi-JK.
"NasDem itu belakang-belakangan
saja (soal jatah menteri)," kata Surya sembari tersenyum usai bertemu
Jokowi di Kantor Transisi, Jalan Situbondo, Jakarta Selatan, Senin
(25/8/2014) lalu.
Namun pada akhirnya Partai NasDem mendapatkan 3
menteri di Kabinet Kerja. Yakni Menteri Koordinator Politik, Hukum, dan
Keamanan Tedjo Edy Purdjiatno, Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan
Siti Nurbaya, dan Menteri Agraria dan Tata Ruang Ferry Mursyidan Baldan.
Tak
cukup itu saja, belakangan Presiden Jokowi menunjuk politikus NasDem
Prasetyo menjadi Jaksa Agung. Sehari sebelum pelantikan Prasetyo, Jokowi
bertemu dengan Surya Paloh terlebih dahulu. Pertemuan itu tak lain
membahas rencana pengangkatan Prasetyo yang masih menjabat anggota DPR
menjadi Jaksa Agung.
"Ya diminta jaminan bahwa calon itu keluar dari NasDem. Independen
begitu jadi Jaksa Agung. Kalau tidak bisa melakukan itu dimungkinkan
pergantian segera, kata Presiden," kata Seskab Andi Widjajanto kepada
wartawan di Istana Negara, Kamis (20/11/2014).
Dalam pertemuan
itu Surya Paloh menjamin bahwa Prasetyo bakal menjadi Jaksa Agung yang
independen, meskipun berasal dari Partai NasDem. Dan memang benar
Prasetyo telah mengundurkan diri dari partai sempalan Golkar itu dan
siap menjadi Jaksa Agung yang independen.
"Saya diam saja, nanti
saya buktikan," kata Prasetyo, menepis dirinya titipan Surya Paloh,
sembari menunjukkan surat pemberhentian dari keanggotaan Partai NasDem.
Namun
pengangkatan Prasetyo yang merangkap jabatan sebagai Jaksa Agung dan
anggota DPR menuai polemik tersendiri. Apalagi pengunduran diri Prasetyo
dari DPR baru diterima pimpinan DPR tak sampai sejam sebelum pelantikan
digelar. Alhasil Keppres pemberhentian Prasetyo dari DPR pun
kemungkinan besar belum keluar. Hal ini yang dipersoalkan oleh banyak
pihak karena dianggap melanggar Undang-undang Kejaksaan.
Selain
banyak pihak yang mempertanyakan kapabilitas Jaksa Agung Prasetyo,
banyak juga menyayangkan Presiden Jokowi menunjuk politisi menjadi Jaksa
Agung. Apalagi pihak Istana pernah bilang akan secara bijak menempatkan
politisi dan non politisi di posisi penting di pemerintahan.
"Tampaknya
Jokowi nanti berusaha mengkombinasikan internal-external antara jaksa
agung dan wakil jaksa agung, jadi kombinasi itu akan dilakukan oleh
presiden," jelas Seskab Andi Widjajanto di halaman Setneg, Jakarta
Pusat, Senin (3/11/2014) lalu.
Namun kini ternyata Jokowi memilih
Prasetyo menjadi Jaksa Agung. Apakah keputusan ini lagi-lagi karena
dominasi Surya Paloh? Yang jelas kini NasDem punya posisi strategis di
kabinet Jokowi: tiga menteri plus satu Jaksa Agung, yang merupakan
pejabat negara setara menteri. [detik]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar