Kamis, 02 Oktober 2014

Rayakan Hari Batik, Jokowi Nyanyi 'Ayo Ngguyu'

Pasangan Presiden dan Wakil Presiden terpilih periode 2014-2019, Joko Widodo (Jokowi) - Jusuf Kalla (JK) memperingati hari batik nasional yang jatuh pada hari ini. Jokowi dan JK menghadiri acara 'Pasar Raya Tribute to Batik Indonesia' yang diadakan di Pasar Raya, Jakarta Selatan.
Menurut laporan awak media, JK tiba di lokasi bersama istri sekitar pukul 10:40 WIB dengan mengenakan batik berwarna cokelat. Sedangkan Jokowi mengenakan batik warna putih cokelat tanpa didampingi sang istri.
Pada saat datang ke lokasi yang berada di atrium lantai dasar Pasar Raya, Jokowi-JK sempat disambut dengan Klantik Band yang menyanyikan lagu tradisional. Kemudian dilanjutkan dengan penampilan Sruti Respati berkolaborasi dengan Klantink.
Jokowi yang sudah duduk di barisan paling depan sempat diajak bernyanyi oleh Sruti Respati. Jokowi diajak bernyanyi 'Ayo Ngguyu'. Dengan malu-malu gubernur DKI Jakarta ini mengikuti keinginan Sruti.
"Ayo ngguyu," kata Jokowi diikuti dengan gelak tawa hadirin.
Dalam Sambutannya, Jokowi berharap pejabat pemerintah dan pegawai negeri sipil mengenakan baju batik atau kemeja putih empat kali dalam seminggu. "Jadi, pakai jas, ya, sekali atau dua kali setahun saja," ujar Jokowi. Para pengunjung dan undangan menyambut pernyataan itu dengan tepuk tangan dan tawa.
Jokowi juga mengutarakan harapannya, yakni tidak hanya batik yang dipromosikan. "Kita punya tenun ikat, industri bordir, dan lainnya," katanya. Karena itulah Jokowi berharap, pada masa mendatang, semua yang berkaitan dengan usaha ekonomi kecil dan menengah diperhatikan. "Khususnya industri kreatif di pedesaan," ujar Jokowi.

Menteri Wajib Berbatik
Jokowi mewacanakan para menteri di kabinetnya wajib mengenakan baju batik lengkap dengan peci setiap hari.
"Keinginan kita nantinya yang jadi menteri dan pejabat kalau rapat tidak usah pakai jas tapi pakai batik saja. Saya membayangkan setiap hari, seminggu empat atau lima kali pakai batik dan peci sehari pakai baju putih. Pakai jasnya setahun sekali saja. Dengan demikian industri kecil bisa bergerak," kata Jokowi.
Menurut perhitungan Jokowi, dengan menggalakan penggunaan peci setiap hari, maka akan terjadi lonjakan ekonomi yang besar pada perekonomian industri kecil di Indonesia.
"Jumlah penduduk kita 250 juta. Pria dewasa 80 juta. Harga peci rata-rata Rp75.000. Kalau punya peci satu saja, maka 80 juta kali Rp75.000 bisa R6 triliun. Kalau punya 2 peci bisa Rp12 triliun," kata Jokowi.
Jokowi menekankan hal-hal seperti itulah yang nantinya akan membantu meningkatkan perekonomian bangsa.
"Yang di-Kepres-kan jangan yang sulit-sulit. Yang sederhana begini bisa timbulkan lonjakan ekonomi. Semua pejabat wajib pakai peci. Produksi peci langsung meningkat," katanya.
Bukan hanya batik, kerajinan hasil industri kecil Tanah Air juga harus didorong perkembangannya seperti kalung ikat, sarung oyor dan lain-lain.
Jokowi sendiri merasa prihatin dengan perkembangan industri batik dan kerajinan tangan di Indonesia yang kurang berkembang sejak 10 tahun terakhir.
"Tahun 1992, saya pameran pertama di Eropa, stan Indonesia ada 14, Malaysia 7, Tiongkok 10, Thailand 5. 10 tahun kemudian, Tiongkok 300, Thailand 70, Malaysia 100 dan Indonesia 14, ini mesti ada yang keliru. Memang negara harus hadir kalau negara hadir pasti usaha mikro akan tumbuh," katanya.

Tugas Dubes Seharusnya Diplomasi Dagang
Jokowi yakin produk-produk kreatif yang dihasilkan oleh para pengrajin Indonesia juga bisa bersaing di pasar internasional. Ia mengharapkan peran aktif para duta besar (Dubes) dalam memasarkan produk kreatif yang memiliki kualitas baik.
"Ke depan tugas dubes harusnya bukan hanya diplomasi politik. 80 persennya bisa diplomasi dagang, bisa menjual dan memasarkan produk-produk dari usaha mikro di desa yang kualitasnya baik," kata Jokowi, Kamis (2/10/2014).
Ia juga berharap agar Indonesia bisa menjadi negara produksi, bukan hanya menjadi negara konsumsi seperti saat ini. Dengan begitu, lapangan pekerjaan akan berlimpah di kampung dan desa-desa, sehingga tidak perlu lagi berbondong-bondong ke kota untuk mencari pekerjaan.
"Potensi industri kreatif kita sangat ada, dan negara harus hadir di situ. Kalau hadir, saya yakin usaha mikro di kampung dan desa-desa yang melibatkan jutaan tenaga kerja akan berkembang pesat," tambahnya lagi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar