Presiden Joko Widodo kembali gagal mengumumkan menteri kabinetnya pada
Jumat, 24 Oktober 2014 malam. Presiden akrab disapa Jokowi itu dipandang
tengah berada dalam tekanan politik.
"Tekanan politik pasti ada, dan Pak Jokowi perlu berkelit terhadap
situasi ini," ujar pengamat politik dari Universitas Airlangga, Haryadi,
kepada Metrotvnews.com, Sabtu (25/10/2014).
Di saat para elite partai politik pendukung Jokowi-JK sibuk
mengutak-atik nama menteri yang disodorkan kepada Jokowi, sang presiden
pun menggunakan hak prerogatifnya dengan berusaha menampung seluruh
aspirasi yang disampaikan kepadanya.
Jokowi telah menetapkan porsi kabinetnya sebanyak 16 kursi menteri akan
diberikan kepada partai politik pendukungnya yakni PDIP, PKB, Hanura,
dan NasDem. Para ketua umum partai tersebut diminta Jokowi mengusulkan
sejumlah nama kandidat menteri.
Namun Haryadi menilai, Jokowi juga menginginkan susunan menteri Kabinet
Indonesia Hebat dapat segera ditetapkan diumumkan kepada publik, agar
dia dan para pembantunya dapat segera bekerja mewujudkan janji-janjinya
saat kampanye Pilpres 2014.
Tapi Jokowi tentunya mengharapkan menterinya memiliki catatan baik sejak
awal menjabat, misalnya tidak terindikasi terlibat kasus dugaan
korupsi. Sehingga hal ini yang membuat Jokowi dan JK berlarut-larut
menyusun menteri kabinetnya.
"Dia punya kebutuhan untuk mengembangkan basis kekuasaan yang mengacu
pada prinsip etik, yang dimaksud di sini untuk meminimalisasi korupsi
politik. Jadi, basis untuk menguatkan kekuasaan dia nanti," jelas
Haryadi.
Cara Jokowi ini diapresiasi Haryadi, jika menteri Jokowi memiliki
catatan negatif di Komisi Pemberantasan Korupsi dan Pusat Pelaporan dan
Analisis Transaksi dan Keuangan, maka akan menjadi 'santapan' Dewan
Perwakilan Rakyat yang saat ini dikuasai oleh lawan politik Jokowi dan
JK, Koalisi Merah Putih.
"Dia merasa penting untuk mendapat justifikasi dan relasi dari PPATK dan
KPK, dan nantinya denga Jaksa Agung juga. Jadi awal pemerintahannya itu
dimulai dengan yang bersih, supaya enggak 'digasak' di DPR," tukas
Haryadi. [metrotvnews]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar