Ekonom Faisal Basri kembali menyentil kebijakan Presiden Susilo Bambang
Yudhoyono yang tidak berani menaikkan harga BBM subsidi. Menurut Faisal,
seharusnya SBY menaikkan harga BBM subsidi sebesar Rp 1.800 pada
September ini.
Faisal menyebut, jika SBY tidak menaikkan harga
BBM subsidi saat ini, maka Jokowi akan menanggung beban Rp 60 triliun.
SBY dituding hanya cuci tangan dari kebijakannya yang tidak berani.
"Naikkan
sekali september setidaknya Rp 1.800 per liter. Kalau tidak naik itu
carry over Rp 60 triliun ke Jokowi. Ini enggak fair. Satu satunya cara
naikkan subsidi BBM dan ketemu Ibu Mega. Ibu Mega engga mau ketemu,"
ucap Faisal dalam axara seminar di Pullman Central Park, Jakarta, Senin
(22/9).
Saat ini tidak ada alasan untuk menahan harga BBM
subsidi. Inflasi tergolong rendah di bawah 4 persen. Bukan hanya masalah
subsidi, inflasi yang rendah saat ini juga tidak diikuti turunnya suku
bunga acuan atau BI Rate.
"Inflasi rendah tapi suku bunga engga
turun turun. Sehingga perbedaan BI rate dengan inflasi ini rekor
tertinggi. Jadi harusnya BI Rate diturunkan."
Dia menegaskan, hal
tersebut menjadi kelemahan pemerintah SBY yang tidak berani menurunkan
suku bunga. Bahkan BCA yang notabennya bank umum telah lebih dulu
menurunkan suku bunga.
"Harusnya BI itu malu karena BI rate itu
suatu acuan perbankan itu ngikut, eh BCA sudah turun duluan. Ini bukti
BI enggak kredible jadinya. Pemerintah dan bank saat ini berlomba lomba
narik dana masyarakat," katanya. [merdeka]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar