Senin, 22 September 2014

Teganya, SBY Tinggali Utang BBM Subsidi Rp 60 Triliun ke Jokowi

Ekonom Faisal Basri kembali menyentil kebijakan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono yang tidak berani menaikkan harga BBM subsidi. Menurut Faisal, seharusnya SBY menaikkan harga BBM subsidi sebesar Rp 1.800 pada September ini.
Faisal menyebut, jika SBY tidak menaikkan harga BBM subsidi saat ini, maka Jokowi akan menanggung beban Rp 60 triliun.
SBY dituding hanya cuci tangan dari kebijakannya yang tidak berani.
"Naikkan sekali september setidaknya Rp 1.800 per liter. Kalau tidak naik itu carry over Rp 60 triliun ke Jokowi. Ini enggak fair. Satu satunya cara naikkan subsidi BBM dan ketemu Ibu Mega. Ibu Mega engga mau ketemu," ucap Faisal dalam axara seminar di Pullman Central Park, Jakarta, Senin (22/9).
Saat ini tidak ada alasan untuk menahan harga BBM subsidi. Inflasi tergolong rendah di bawah 4 persen. Bukan hanya masalah subsidi, inflasi yang rendah saat ini juga tidak diikuti turunnya suku bunga acuan atau BI Rate.
"Inflasi rendah tapi suku bunga engga turun turun. Sehingga perbedaan BI rate dengan inflasi ini rekor tertinggi. Jadi harusnya BI Rate diturunkan."
Dia menegaskan, hal tersebut menjadi kelemahan pemerintah SBY yang tidak berani menurunkan suku bunga. Bahkan BCA yang notabennya bank umum telah lebih dulu menurunkan suku bunga.
"Harusnya BI itu malu karena BI rate itu suatu acuan perbankan itu ngikut, eh BCA sudah turun duluan. Ini bukti BI enggak kredible jadinya. Pemerintah dan bank saat ini berlomba lomba narik dana masyarakat," katanya.  [merdeka]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar