Jumat, 27 Juni 2014

Ruhut: Fitnah Apalagi Yang Mereka Tujukan ke Jokowi?

Laporan situs berita The Sidney Morning Herald, yang menuliskan laporan mengenai hubungan antara sejumlah lembaga survei Indonesia dengan Capres Joko Widodo (Jokowi) menuai kecaman. Salah satunya dari politikus Partai Demokrat Ruhut Sitompul.
"Mau apalagi sih tuduhan pada Jokowi mengenai survei. Apalagi fitnah yang mereka tujukan ke Jokowi," kata Ruhut saat dihubungi, Jumat (27/6/2014).
Politisi yang baru saja mendeklarasikan dukungannya ke Jokowi-JK itu mengatakan, apa yang dituliskan media Australia itu bisa dilihat usai pemilihan presiden. "Kita tunggu saja tanggal 9. Kalau tidak percaya, itu hak mereka," ujarnya.
Dia menambahkan, dukungan kepada pasangan nomor urut dua itu sudah seperti bola salju. Dukungan di akar rumput juga sudah semakin kuat.
"Jangan lagi ada pembunuhan karakter pada Jokowi," katanya.
Sebelumnya, situs berita The Sidney Morning Herald melaporkan sejumlah lembaga survei Indonesia yang memiliki hubungan dengan Capres Jokowi menahan hasil surveinya. Dinilai lembaga survei tersebut menahan laju elektabilitas Prabowo, agar tak menyalip Jokowi.
Dalam pemberitaan disebutkan sejumlah narasumber telah dihubungi oleh Fairfax Media, kelompok media terbesar di Australia yang memiliki surat kabar Sydney Morning Herald (Sydney), The Age (Melbourne) dan Brisbane Times (Queensland).
Ada perubahan yang drastis, di mana sebelumnya Jokowi memimpin dengan jarak dua digit, kemudian mengalami perlambatan kenaikan elektabilitasnya.
Laporan tersebut juga memuat tulisan Aaron L. Connelly, peneliti Lowy Institute. Tulisan itu menjelaskan bahwa lembaga survei yang dipercaya seperti CSIS, Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC) dan Indikator mendapati pertarungan antara kedua calon sama kuat.
"Prabowo Subianto menjadi unggulan untuk memenangkan pemilihan 9 Juli. Sebuah hasil yang tidak pernah dipikirkan sebulan sebelumnya," seperti tulisan Connelly dalam laporan itu dikutip merdeka.com, Kamis (26/6).
Fairfax Media telah mengonfirmasi sumber, menerangkan bahwa CSIS menyelesaikan survei pada 15 Juni. Survei itu menunjukkan jarak yang sangat kecil di antara kedua belah pihak.  [cob/merdeka]

1 komentar:

  1. Wajar bila Australia bersikap begitu. Karena bila Pak Jokowi jd Presiden RI 2014-2024 otomatis RI akan "MENGHENTIKAN" impor sapi dr Australia dan menggantinya dg sapi dr dalam negeri misal NTT. Selain itu Pak Jokowi akan memperkuat PT. Pelindo, Lundin utk bikin kapal perang stealth, PT. DI bikin Heli Serang Gandiwa, Jet IFX Gen 4,5, Pindad bikin Medium Batle Tank, Lapan dg roket RX daya jangkau >300 km, Dahana dg amunisi roket/rudal dan LEN bikin radar. Jelas ini jadi ancaman Australia he he he.

    BalasHapus