Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo (Jokowi) memastikan akan selalu memantau ketinggian air melalui pusat krisis yang ada di Balaikota. Pintu air Manggarai merupakan kendali utama agar air tidak meluap ke kawasan Istana Negara melalui pintu air di Istiqlal. Bila dua pintu air ini dibuka, dipastikan Istana akan kebanjiran.
"Kita lagi mengatur manajemen pintu air. Berdoa biar hujan tidak ekstrem," katanya di Balaikota, Selasa (12/11/2013).
Menurut Jokowi, membuka pintu air Manggarai yang mengarah ke Istana menjadi pilihan terakhir dan itu merupakan kebijakan sulit. Sementara membuka pintu air yang berada di Istiqlal dilakukan bila kondisi sangat darurat. Ini pernah dilakukan Gubernur Fauzi Bowo.
Dampaknya, banjir yang merendam Jakarta meluas hingga kawasan Istana Negara.
Jokowi menambahkan, saat ini sudah dilakukan berbagai perbaikan dan melakukan pengawasan langsung terkait manajemen pintu air yang ada di Jakarta. "Kita lagi menguras waduk dan sungai. Kita mau yang dikuras ini bisa menampung dan menyerap air," kata Jokowi.
Selain itu, mantan Walikota Solo ini telah mendapat laporan bahwa ada 27 titik genangan air yang terjadi di Jakarta saat hujan melanda. Dari data Dinas Pekerjaan Umum DKI, kawasan rawan genangan itu berada di Jalan Raya Tebet arah Pancoran, Jalan Buaran Raya, Duren Sawit, Jalan Raden Inten, Jalan Tanjung Mas Raya, Jalan Arteri Pondok Indah, depan ERA Clinic Tebet, Jalan Pancoran arah Manggarai, Jalan TB Simatupang depan DPP PAN, Jalan Karang Tengah, Jalan Lebak Bulus.
Dua pekan terakhir genangan juga selalu terjadi di kawasan Jalan Swadarma Raya, di depan lampu merah Garuda, Jalan Pejaten Barat, di depan Villa Delima Karang Tengah, Lebak Bulus, di depan Universitas Sahid, Jalan Raden Inten II, Jalan Nangka kawasan Poltangan, di depan Kampus Unindra, Jalan Raya Fatmawati arah Blok M, Jalan Swadharma Raya, Ulujami, Jalan Raya Kalimalang, Jalan Kerjabakti, Jalan Saharjo, Jalan Raya Lenteng Agung, Jalan Bidara Cina, Jalan Kemang Timur, Duren Bangka dan Jalan Kebagusan.
Tiga masalah penyebab genangan di kawasan tersebut adalah akibat sampah, penyempitan saluran air dan semrawutnya kabel dalam saluran air dan pipa. Menurut Jokowi, normalisasi dan upaya membebaskan Jakarta dari banjir bukan hal mudah karena tiga masalah tersebut.
"Saya perintahkan untuk pembersihan dan normalisasi selesai dalam dua minggu. Untuk masalah kabel kita kordinasi sama perusahaan yang punya," katanya.
Banyaknya sampah yang tersangkut di kabel dan pipa membuat aliran air dalam gorong-gorong tersumbat dan membuat banjir. Masalah tersebut akan diatasi dengan pembuatan ducting. Namun, penataan dan pembuatan ducting membutuhkan waktu yang panjang.
"Pembangunan ducting di Jakarta butuh waktu sekitar 10 tahunan. Itu juga sulit melakukannya," kata Jokowi.
Sumber :
viva.co.id
Tidak ada komentar:
Posting Komentar