Minggu, 10 November 2013

HT dan Jokowi paling pluralis

Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo (Jokowi) dan Calon Wakil Presiden (Cawapres) dari Partai Hanura Hary Tanoesoedibjo, dianggap tokoh dari kalangan muda yang paling pluralis.
Hal tersebut merupakan salah satu kesimpulan hasil survei yang dilakukan Lembaga Pemilih Indonesia (LPI).
Dalam survei yang menggunakan pendekatan kualitatif dengan fokus pada opinion leader survey itu, Jokowi memeroleh 5,12 persen.
Lalu, disusul Hary Tanoesoedibjo (HT) dengan 5,07 persen atau diposisi kedua dari 12 tokoh yang ada. Antara Jokowi dengan HT hanya selisih 0,05 persen.
"Jokowi, tindakan-tindakannya lebih menonjol daripada narasinya. Apa yang dilakukan terhadap lurah Lenteng Agung Susan, apa sikap dia terhadap ormas-ormas," ujar Direktur Lembaga Pemilih Indonesia (LPI) Boni Hargens di Galery Cafe, Taman Ismail Marzuki, Cikini, Jakarta Pusat, Minggu (10/11/2013).
Dia juga yakin bahwa pemilih di Pemilu 2014 nanti bakal memilih tokoh-tokoh yang memiliki nilai pluralisme, seperti Jokowi ataupun Hary Tanoesoedibjo.
Boni mengatakan bahwa pluralisme adalah keadaan masyarakat yang majemuk. Pluralisme, lanjut dia, merupakan diskusi berkenaan dengan konteks etika sosial dan politik.
Diskusi yang digelar LPI ini dibagi dalam tiga konteks yang berbeda. Yakni berkenaan dengan konsekuensi moral dan politik dan kemajemukan agama dalam masyarakat modern.
"Kedua, berkenaan dengan tinjauan filosofis mengenai poin pertama," tuturnya. Ketiga, lanjut dia, berkenaan dengan hakekat politik dalam masyarakat barat.
Lebih lanjut dia menuturkan, diskusi pluralisme yang digelar pihaknya tersebut mengacu kepada diskusi keadaan masyarakat yang majemuk berkenaan dengan hakikat politik dan konsekuensi moral dari konteks Indonesia yang bhineka.
"Ia merupakan bagian dari bobot penting ke-Indonesiaan dan memberi definisi pada eksistensi dan ontologi kita sebagai sebuah bangsa," imbuhnya.
Pada konteks inilah, sambung dia, tema pluralisme menjadi penting dibahas, terutama untuk memberi pencerahan bagi masyarakat pemilih dalam menghadapi pemilu 2014.
Lebih jauh dia menjelaskan, informan LPI dalam hal ini terbatas pada kelompok masyarakat yang menjadi penentu opini publik. "Mereka adalah para pakar, pimpinan media, wartawan, aktivis dan tokoh masyarakat," kata Boni.
Lebih lanjut dia menuturkan, bahwa pihaknya menggali secara mendalam bersama para pakar, pimpinan media, wartawan, aktivis dan tokoh masyarakat melalui focus group discussion (FGD).
Ditambahkannya, seluruh pandangan kualitatif yang luas dan mendalam itu kemudian disederhanakan dengan pengukuran kuantitatif melalui metode scoring dengan skala 0-10. 0 adalah terendah dan 10 adalah tertinggi. Dalam persentase, skala ini bisa diparalelkan dengan 0 % - 100 %.

Berikut hasil survei LPI tersebut :

  1. Jokowi : 5,12 persen
  2. Hary Tanoe : 5,07 persen
  3. Ali Masykur Musa : 5,04 persen
  4. Abraham Samad : 4,44 persen
  5. Anies Baswedan : 3,99 persen
  6. Puan Maharani : 3,96 persen
  7. Dahlan Iskan : 3,84 persen
  8. Chairul Tandjung : 3,52 persen
  9. Pramono Edhie Wibowo : 3,42 persen
  10. Gita Wirjawan : 3,33 persen
  11. Sri Mulyani Indrawati : 3,30 persen
  12. Dino Patti Djalal : 3,09 persen
Sumber :
sindonews.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar