Partai Gerindra memperingatkan Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P) soal kontrak politiknya.
PDI-P dinilai memiliki dua kontrak politik bersama Partai Gerindra.
Kontrak
pertama yakni terkait koalisi Pemilu 2014 dan kontrak kedua yakni janji
Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo (Jokowi) yang juga kader PDI-P untuk
menuntaskan masa jabatan sebagai Gubernur DKI Jakarta.
Meski demikian,
Ketua Umum Partai Gerindra Suhardi mengaku tak bermaksud menjegal
langkah Jokowi maju sebagai salah satu kandidat capres.
“Kalau
itu (capres) urusan Jokowi dan PDI-P. Kami hanya mengingatkan,
janji kepemimpinan harus konsisten. Kontrak politik Jokowi harus
menuntaskan tugas sebagai Gubernur Jakarta,” ujar Suhardi saat dihubungi
wartawan, Kamis (5/9/2013) malam.
Sementara itu, terkait
kontrak politik dengan PDI-P yang dibuat pada Pemilu 2009 lalu,
Suhardi mengatakan, hal itu menjadi urusan Ketua Dewan Pembina Partai
Gerindra Prabowo Subianto dan Ketua Umum PDI-P, Megawati
Soekarnoputri.
“Biar mereka yang bicara. Tapi yang pasti partai
ini bulat mendukung Prabowo dan berharap mendapat dukungan dari seluruh
lapisan masyarakat termasuk PDI-P,” ucap Suhardi.
Pada Pemilu 2009, PDI-P dan Partai Gerindra berkoalisi untuk mencukupi
syarat mengajukan pasangan capres dan cawapres. Pasangan capres yang
diajukan yakni Megawati-Prabowo. Santer dikabarkan bahwa kedua partai
itu membuat kontrak politik terkait Pemilu 2014 bahwa PDI-P
akan mendukung Prabowo sebagai capres.
Kontrak politik saat itu
dilakukan di kediaman Megawati di Jalan Teuku Umar. Hadir sejumlah
petinggi kedua partai. Dari PDI-P yakni Megawati, Pramono
Anung, dan Puan Maharani. Sementara dari Partai Gerindra hadir Prabowo
Subianto, Hashim Djojohadikusumo, Fadli Zon, dan Martin Hutabarat.
Namun,
terkait soal kontrak politik itu, Suhardi membantah partainya mencoba
memanas-manasi PDI-P menjelang perhelatan akbar 2014 nanti.
“Kami
tidak merasa memanasi. Itu hal yang biasa dalam berpendapat. Hubungan
kami sejak dahulu baik sampai sekarang. Kami ketemu ketika acara Pak
Taufiq Kiemas di Teuku Umar,” imbuhnya.
Sekretaris Jenderal PDI-P, Tjahjo Kumolo menampik bahwa partainya terlibat perjanjian
untuk mendukung Prabowo dalam Pemilu 2014.
“Saya lima tahun lalu
sudah jadi Ketua DPP Bidang Politik. Tidak ada perjanjian (dukungan
2014). Hanya ada perjanjian karena suara PDI-P dan Gerindra kurang, jadi
bersepakat untuk koalisi dan menetapkan Bu Mega sebagai capres dalam
Pilpres 2009 lalu, itu saja,” papar Tjahjo.
Tjahjo pun menyindir
bahwa Partai Gerindra tengah mendikte gerak partainya. Ia menilai hal
itu tidak etis. Pengusungan capres, lanjutnya, adalah menjadi hak penuh
bagi PDI-P, bukan partai lain.
Sumber :
kompas.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar