Menurut peneliti Soegeng Sarjadi Syndicate (SSS), Sukardi Rinakit, menganjurkan
para kontestan pemilu 2014 untuk tidak melancarkan kampanye hitam atau back campaign. Sekali tidak tepat, black campaign malah mengangkat orang yang menjadi korban secara luar biasa dan menjadi tokoh baru.
"Karakter
masyarakat kita melodramatik. Mereka pasti menganggap itu manuver pihak
lawan," kata Sukardi di Jakarta, Jumat 28 Juni 2013.
Sukardi
mencontohkan sosok Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo (Jokowi) yang memiliki
elektabilitas tinggi. Bila ada orang yang mencoba menjelek-jelekkan Jokowi dengan harapan agar suaranya turun, yang terjadi adalah kebalikannya.
"Jangan coba-coba mengkritik Jokowi, karena kalau dikritik elektabiliitasnya akan semakin naik," ujarnya.
Sukardi
melihat dalam sejarah politik di Indonesia, figur lebih penting dari
pada partai atau institusi politik. Salah satu kasus adalah kemenangan
SBY dalam pemilihan presiden 2004 dan 2009.
"Dia begitu populer.
Karena ketokohannya, dalam pemilu 2009 Demokrat malah dapat suara 20
persen lebih yang sebelumnya hanya sekitar 7 persen," jelasnya.
Sumber :
viva.co.id
Tidak ada komentar:
Posting Komentar