Jumat, 28 Juni 2013

Jokowi Momok Semua Capres 2014

Dibolah balik, diracik-racik, berbagai survei tetap menunjukkan keperkasaan Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo (Jokowi). Survei terkahir yang dilakukan oleh Pusat Penelitian Politik LIPI juga memperkuat hal ini, dalam survei terakhir elektabilitas Jokowi mencapai 22,6%,  Prabowo Subianto 14,2 % dan Aburizal Bakrie 9,4 %.
Nama nama yang berada di bawah 3 besar adalah Megawati Soekarnoputri dari PDI Perjuangan 9,3% , Jusuf Kalla 4,2%, Rhoma Irama 3,5%,  Wiranto 3,4%, Mahfud MD 1,9%, Hatta Rajasa 1,2%, Sri Sultan HB X 1,2%, dan sebagai juru kunci Surya Paloh 1,2%.
Menurut pengamat politik dari Charta Politika, Arya Fernandes, posisi Jokowi yang selalu berada di urutan teratas tentu menjadi momok bagi capres-capres lain karena kian hari trend elektabilitas Jokowi terus menanjak nenogoh capres-capres lain. Diakui atau tidak, meningkatan elektabilitas Jokowi menjadi hantu mimpi capres-capres lain yang berniat maju di Pilpres 2014.
"Saya kira kekhawatiran itu beralasan. Melihat elektabilitas Jokowi yang terus menanjak, tentu akan mempengaruhi peta pencalonan capres nanti. Jadi wajar saja nama-nama lain jadi ketakutan," kata Arya, Kamis (27/6/2013).
Di sisi lain, Arya melanjutkan, debut Jokowi setiap hari juga terus dibesarkan oleh media massa. Sehingga tingkat keterpilihan publik lebih besar.
Namun demikian, menurut Arya, sebenarnya Jokowi juga sulit maju sebagai capres. Alasanya, sebelum maju dia harus memiliki tiket dari partai politik (parpol) lebih dulu. Padahal beberapa partai sekarang sudah memiliki calon masing-masing, misalnya PAN, sudah memiliki Hatta Rajasa, Golkar sudah memiliki Aburizal Bakrie, Gerindra sudah memiliki Prabowo Subianto, dan beberapa partai lain juga sudah punya calon.
Partai besar tinggal PDIP, Demokrat, PPP dan PKB. Tapi kalau PDIP masih ada Megawati. Jokowi juga sepertinya tidak akan ikut konvensi Demokrat, karena dia masih menjabat sebagai gubernur aktif. Sementara PKB dan PPP meski masih belum jelas sikapnya.
"Masalahnya Jokowi itu kalau tidak mendapat tiket partai agak susah. Kekuatan Jokowi hanya pada personalnya. Saya kira, keputusan maju dan tidaknya, yang paling mempengaruhi besar adalah Jokowi sendiri. Kalau Jokowi pengen maju, kalau dia berniat, bisa saja melunakkan hati Mega," kata Arya.
Peluang Jokowi paling besar memang lewat PDIP. Namun demikian dia harus bersaing dengan Ketua Umum PDIP, Megawati Soekarno Putri. Bila elektabilitas Jokowi konsisten sebesar 35%, maka Megawati besar kemungkinan legowo menyerahkan tiket capres ke dia. Namun dia tentu memiliki kesepakatan-kesepakatan dengan Jokowi.
"Misalnya, silakan Jokowi maju tapi dia akan menyorongkan Puan Maharani atau tokoh PDIP lainya menjadi wakil presiden. Karena asumsinya Jokowi sudah 35 persen. Itu bukti orang sudah tidak lagi melihat asal partai, tapi lebih kepada figur," tuturnya.
Namun demikian, Arya lebih memilih Jokowi bekerja lebih dulu di Jakarta untuk membuktikan kinerjanya. Apakah dia mampu atau tidak mengubah Jakarta, dan merealisasikan janji-janjinya.


Ref :
merdeka.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar