Semenjak diluncurkan beberapa bulan lalu, sistem Kartu Jakarta Sehat
(KJS) masih bisa dibilang belum maksimal. Belum setahun, terdapat
beberapa masalah yang mebuat Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo (Jokowi) dan
Wakilnya Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) harus memutar otak untuk mencari
solusinya.
Mulai dari membludaknya antrean, banyaknya pendaftar
KJS yang fiktif, kini ada 16 rumah sakit yang mengundurkan diri dari
program KJS tersebut. Selain itu, nilai premi yang dibayarkan pemprov
DKI dinilai masih terlalu rendah yaitu hanya sebesar Rp 23.000, walaupun
Ahok berencana menaikan premi tersebut sebesar Rp 50.000.
Anggota
Komisi E DPRD DKI Jakarta, Igo Ilham, politisi asal
Partai Keadilan Sejahtera (PKS), menilai pengunduran diri 16 rumah
sakit karena Jokowi-Ahok terlalu terburu-buru dalam mengambil suatu
kebijakan. Oleh karenanya, Igo meminta Pemprov DKI Jakarta segera mengevaluasi
sistem pembayaran jasa rumah sakit yang diterapkan berdasarkan
perhitungan Kementerian Kesehatan melalui sistem Indonesian Case Basic
Groups (INA-CBGs) yang mengatur penggunaan obat.
"Kita minta
Pemprov untuk melakukan evaluasi terhadap perubahan sistem pembayaran
klaim kesehatan. Sistem baru yang dibuat oleh Pak Jokowi tidak
menyelesaikan masalah malah menambah PR (Pekerjaan Rumah). Ini kan
sebetulnya program lama tapi berubah sistem saja," kata Igo dengan nada sumbir.
Prinsip rumah sakit yang
mengedepankan aspek komersil juga menjadi masalah tersendiri, hal ini
bisa terlihat dari tuntutan kenaikan premi dan juga para dokter berusaha
menjual obat-obat tertentu yang harus dibeli oleh pasien.
Wakil
Ketua Komisi IX DPR, Nova Riyanti Yusuf (Noriyu) menilai wajar jika 16
RS tersebut mundur. Menurutnya sangat tidak bijak jika langsung
menyalahkan ke-16 rumah sakit yang menolak sistem KJS tersebut. Dia pun
meminta pihak pemprov untuk segera menyelesaikan masalah ini.
"Sebagai
rumah sakit swasta, wajar apabila mereka memikirkan keuntungan,
walaupun tidak boleh melupakan fungsi sosialnya dengan memberikan
fasilitas pelayanan bagi masyarakat miskin dan tidak mampu," imbuh
Noriyu.
Ahok pun tidak memungkiri bahwa mayoritas rumah sakit
hanya mengedepankan aspek untung-rugi dibanding menolong rakyat miskin
yang seharusnya mendapat bantuan.
"Kamu ke dokter gigi, kumur
pake air biasa atau obat khusus. Apa perlu pakai obat khusus. Nah obat
khusus nya itu dicharge sama kamu. Itu karena dokter memasarkan produk
itu," kata Ahok.
Hal seperti ini yang membuat rumah sakit
pelaksana KJS merugi. Masih banyak temuan lain yang melibatkan para
dokter saat memberi pelayanan, di mana sebenarnya dokter itu sendiri
mencari keuntungan dari penjualan obat.
Kisruh KJS ini bahkan
membuat Menteri BUMN Dahlan Iskan bereaksi. Sistem KJS yang bekerja sama
dengan Askes ini akan dikaji lagi oleh Dahlan dan akan memeriksa
kebenaran mundurnya 16 rumah sakit itu.
Menurut Dahlan, memang
program belum berjalan lancar karena masyarakat langsung
berbondong-bondong ke rumah sakit sehingga menyebabkan tidak maksimalnya
pelayanan. Program ini juga merupakan program persiapan Askes menjadi
Badan Pelaksana Jaminan Sosial (BPJS).
"Kecenderungan sekarang ke
rumah sakit semua, sehingga terjadi overload di rumah sakit. Askes hari
ini akan ke Kementerian Kesehatan. Karena ini program bersama Pak
Jokowi," ucap Dahlan.
Sumber :
merdeka.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar