Kamis, 11 April 2013

Surat Untuk Jokowi

Warga Cilincing yang menghuni rumah susun sederhana sewa di Marunda, Jakarta Utara, menginginkan agar status mereka sebagai penghuni menjadi legal. Mereka mengirimkan surat kepada Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo dan memohon agar status mereka diperjelas.
Sebanyak 29 kepala keluarga dari Cilincing dituduh sebagai penyerobot hunian karena unit yang mereka tempati sebenarnya dialokasikan bagi warga yang direlokasi dari Rusun Pluit. Mereka enggan meninggalkan rusun itu sebelum bertemu dengan Jokowi.
"Saya sudah mengirimkan surat kepada UPT I Rumah Susun DKI Jakarta dengan tembusan kepada Gubernur dan Wakil Gubernur DKI Jakarta supaya status kami diperjelas," kata Edward Rumambi selaku koordinator warga Cilincing kepada Kompas.com di Marunda, Cilincing, Jakarta Utara, Kamis (11/4/2013).
Bersama 28 kepala keluarga asal Cilincing, pria yang akrab disapa Boy itu menghuni unit-unit yang terdapat di Kluster B Blok 11 Rusun Marunda. Mereka beralasan, warga Waduk Pluit yang telah mendapatkan unit-unit tersebut tak kunjung datang untuk menghuni.
"Sudah dikasih waktu 7 x 24 jam oleh pengelola, tapi sampai dua bulan mereka enggak masuk juga. Kalau memang mereka enggak butuh, biarkan kami yang mengisi tempat ini," kata Boy.
Wisnu, rekan Boy, menambahkan, warga Cilincing yang masuk ke rusun memiliki kesamaan dengan warga Waduk Pluit. Mereka adalah warga miskin yang belum memiliki rumah dan sering menjadi korban banjir. Lagi pula, Rusun Marunda terletak di wilayah Cilincing. "Kan aneh kalau warga Cilincing enggak kebagian tinggal di rusun," ujar Wisnu.
Sementara itu, Jaenudin, penghuni lain Blok 11, menilai, tidak ada masalah dengan kehadiran penghuni asal Cilincing. Menurut Jaenudin, warga Cilincing telah menunjukkan bahwa mereka membutuhkan rumah atau hunian. Hal ini berbeda dari warga asal Waduk Pluit yang terlihat enggan menempati unit-unit yang sudah disediakan.
"Saya termasuk yang pertama masuk di sini (Blok 11). Waktu itu, keadaan di sini masih berantakan setelah direnovasi. Sampah di mana-mana dan bangunannya belum komplet," kata Jenudin.
"Orang-orang Pluit datang sebentar dan enggak mau bersihkan. Mereka pulang dan ngomong enggak akan masuk sebelum semuanya beres," ujar Jaenudin.
Setelah itu, kata Jaenudin, datang 29 kepala keluarga dari Cilincing yang sebenarnya ikut mendaftar sebagai calon penghuni, tetapi tidak mendapatkan alokasi unit. Mereka lantas membersihkan blok tersebut dan melengkapi sendiri bagian-bagian yang belum komplet. Mereka juga mengisi perabot dan perlengkapan rumah tangga tanpa menantikan bantuan dari pengelola sebagaimana warga lainnya.
"Mereka menunjukkan bahwa mereka butuh rumah. Ketika orang benar-benar butuh rumah, dalam kondisi apa pun, mereka akan berjuang untuk mengisinya. Ini beda sekali dengan sikap orang Pluit," kata Jaenudin.
Boy mengatakan, mereka tidak hanya bersurat kepada pihak-pihak terkait. Ia juga telah meminta warga melengkapi dokumen-dokumen yang disyaratkan pengelola. Dokumen-dokumen tersebut telah dibawa ke kantor UPT Rusun di Jatibaru, Jakarta Pusat. Sementara itu, surat kepada Gubernur dan Wagub diantar langsung oleh Boy pada siang tadi.

Sumber :
megapolitan.kompas.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar