Warga Cilincing yang menghuni rumah susun sederhana sewa di Marunda,
Jakarta Utara, menginginkan agar status mereka sebagai penghuni menjadi
legal. Mereka mengirimkan surat kepada Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo
dan memohon agar status mereka diperjelas.
Sebanyak 29 kepala
keluarga dari Cilincing dituduh sebagai penyerobot hunian karena unit
yang mereka tempati sebenarnya dialokasikan bagi warga yang direlokasi
dari Rusun Pluit. Mereka enggan meninggalkan rusun itu sebelum bertemu
dengan Jokowi.
"Saya sudah mengirimkan surat kepada UPT I Rumah
Susun DKI Jakarta dengan tembusan kepada Gubernur dan Wakil Gubernur DKI
Jakarta supaya status kami diperjelas," kata Edward Rumambi selaku
koordinator warga Cilincing kepada Kompas.com di Marunda, Cilincing, Jakarta Utara, Kamis (11/4/2013).
Bersama
28 kepala keluarga asal Cilincing, pria yang akrab disapa Boy itu
menghuni unit-unit yang terdapat di Kluster B Blok 11 Rusun Marunda.
Mereka beralasan, warga Waduk Pluit yang telah mendapatkan unit-unit
tersebut tak kunjung datang untuk menghuni.
"Sudah dikasih waktu 7
x 24 jam oleh pengelola, tapi sampai dua bulan mereka enggak masuk
juga. Kalau memang mereka enggak butuh, biarkan kami yang mengisi tempat
ini," kata Boy.
Wisnu, rekan Boy, menambahkan, warga Cilincing
yang masuk ke rusun memiliki kesamaan dengan warga Waduk Pluit. Mereka
adalah warga miskin yang belum memiliki rumah dan sering menjadi korban
banjir. Lagi pula, Rusun Marunda terletak di wilayah Cilincing. "Kan
aneh kalau warga Cilincing enggak kebagian tinggal di rusun," ujar
Wisnu.
Sementara itu, Jaenudin, penghuni lain Blok 11, menilai,
tidak ada masalah dengan kehadiran penghuni asal Cilincing. Menurut
Jaenudin, warga Cilincing telah menunjukkan bahwa mereka membutuhkan
rumah atau hunian. Hal ini berbeda dari warga asal Waduk Pluit yang
terlihat enggan menempati unit-unit yang sudah disediakan.
"Saya
termasuk yang pertama masuk di sini (Blok 11). Waktu itu, keadaan di
sini masih berantakan setelah direnovasi. Sampah di mana-mana dan
bangunannya belum komplet," kata Jenudin.
"Orang-orang Pluit datang sebentar dan enggak mau bersihkan. Mereka pulang dan ngomong enggak akan masuk sebelum semuanya beres," ujar Jaenudin.
Setelah
itu, kata Jaenudin, datang 29 kepala keluarga dari Cilincing yang
sebenarnya ikut mendaftar sebagai calon penghuni, tetapi tidak
mendapatkan alokasi unit. Mereka lantas membersihkan blok tersebut dan
melengkapi sendiri bagian-bagian yang belum komplet. Mereka juga mengisi
perabot dan perlengkapan rumah tangga tanpa menantikan bantuan dari
pengelola sebagaimana warga lainnya.
"Mereka menunjukkan bahwa
mereka butuh rumah. Ketika orang benar-benar butuh rumah, dalam kondisi
apa pun, mereka akan berjuang untuk mengisinya. Ini beda sekali dengan
sikap orang Pluit," kata Jaenudin.
Boy mengatakan, mereka tidak
hanya bersurat kepada pihak-pihak terkait. Ia juga telah meminta warga
melengkapi dokumen-dokumen yang disyaratkan pengelola. Dokumen-dokumen
tersebut telah dibawa ke kantor UPT Rusun di Jatibaru, Jakarta Pusat.
Sementara itu, surat kepada Gubernur dan Wagub diantar langsung oleh Boy
pada siang tadi.
Sumber :
megapolitan.kompas.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar