Ketidakharmonisan politik dalam parlemen ini cenderung akan
memperburuk sentimen investor. Semenjak perdagangan di 25 September
lalu, indeks konsumen turun 1,6 persen, sedangkan sektor ‘tema Jokowi’
(industri dasar, properti dan sektor keuangan turun masing-masing 7,4
persen, 7,7 persen dan 6,0 persen).
Dengan asumsi investor belum mengurangi eksposur mereka atau
berpindah ke sektor konsumen, maka sekarang pertanyaan mereka adalah:
Jual sekarang atau menunggu rebound? Jawabannya adalah tidak sesederhana
pertanyaannya.
Menurut riset KDB Daewoo Securities, jika investor telah melewatkan
waktu menyesuaikan portofolio mereka, investor harus bertanya pada diri
sendiri berapa lama horizon/waktu investasi mereka.
"Jika jawabannya adalah lebih dari 1 tahun maka kami menyarankan
investor untuk ‘hold’ karena kami masih menduga akan adanya perbaikan
kondisi makro ekonomi serta peningkatan pendapatan perusahaan di paruh
kedua tahun depan," tulis KDB Daewoo.
"Jika jawabannya adalah di bawah 6 bulan, kami akan menyarankan
investor untuk mengurangi eksposur mereka ke saham yang ‘bertema Jokowi’
atau saham dengan beta tinggi dan melakukan rotasi ke perusahaan
konsumsi".
Saran KDB Daewoo didasarkan pada depresiasi Rupiah diperkirakan
menjadi hambatan pada pendapatan perusahaan dan menunda pemulihan makro
Indonesia.
Secara khusus, dengan melemahnya rupiah, KDB Daewoo percaya
pendapatan 3Q14 dan pertumbuhan ekonomi 3Q14 akan mengecewakan investor.
Data kinerja keuangan perusahaan di 3Q14 dan GDP yang diperkirakan akan
dirilis selama 3 bulan terakhir tahun ini.
"Juga, ketidakharmonisan antara anggota parlemen, kami percaya Jokowi
tidak akan mampu mendorong kebijakan reformasi ekonomi ke depan tepat
waktu setelah pelantikannya pada 20 Oktober. Pemulihan makro yang luas
harus menunjukkan tanda-tanda perbaikan mulai dari 2H15. Sekali lagi,
kami menyarankan investor untuk mengambil pendekatan investasi yang
konservatif," tutup KDB Daewoo. [beritasatu]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar