Dulu Orde Baru paling risih dengan dikotomi sipil-ABRI. Kini
Jokowi-JK juga risih dengan dikotomi professional-parpol, karena dari 34
kementrian dalam kabinetnya ternyata 16 orang akan diisi orang parpol.
Agar masyarakat tidak mencurigai orang-orang parpol dalam
pemerintahannya, dibangunlah istilah “professional partai”. Maksudnya,
meski orang parpol tapi dia seorang profesionalis sejati.
Di masa Orde Baru rakyat mencurigai ABRI, karena begitu banyak masuk
dalam birokrasi pemerintahan, dari lurah sampai menteri diisi unsur baju
hijau.
Maka Pak Harto pun melarang rakyat mendikotomikan sipil dan
ABRI. Di era reformasi, dikotomi TNI-Sipil mereda, tapi gantian yang
mencuat dikotomi profesional-parpol. Karena sejak pemerintahan Gus Dur
hingga SBY dewasa ini, begitu banyak orang parpol di kabinet.
Di era pemerintahan Jokowi-JK yang akan bekerja per 20 Oktober 2014
mendatang, dikotomi profesional-parpol kembali mencuat. Soalnya
Jokowi-JK ternyata juga makmum pemerintahan SBY, yang begitu banyak
mencomot orang parpol. Dari 34 kementerian, 16 orang berasal dari
kalangan parpol pendukung. Dan dari 18 orang yang katanya profesional,
ternyata yang profesional murni hanya sekitar 6-7 orang saja.
Apa pula itu profesional murni? Kok kayak bensin saja, ada yang murni
ada yang campur. Namun demikian Jokowi-JK pun minta rakyat tidak
mendikotomikan mentri profesional dan mentri parpol. Caranya dihadirkan
istilah “profesional partai”, artinya meski orang partai dia diyakini
bisa bekerja profesional sesuai keahliannya. Semua itu terserah
Jokowi-JK sajalah, karena itu juga bagian dari hak prerogratif mereka.
Tapi seperti apa sih menteri parpol yang profesional itu? Jika
ukurannya sekedar Muhaimin Iskandar yang diyakini bakal kembali masuk
kabinet, rakyat layak kecewa. Sebab di KIB-II SBY saja, dia dapat rapor
merah akibat kinerjanya yang buruk. Apa yang seperti ini dinilai
profesional?
Semoga saja, yang 15 sisanya benar-benar menteri bukan standar
Muhaimin. Sebab berdasarkan pengalaman, begitu banyak menteri parpol,
dia akan selalu mengusung 3-4 staf khusus. Orang-orang ini kerjanya
tidak jelas di kementrian, anggaran mereka tak diambil dari APBN, tapi
paling ngglibet di pos-pos keuangan. [Pos Kota]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar