Presiden terpilih Joko Widodo (Jokowi) menyadari pemerintahannya tidak
akan kuat tanpa dukungan politik yang memadai di Dewan Perwakilan
Rakyat. Apalagi kekuatan koalisi pendukungnya di DPR kalah jauh dari
kubu lawan, yakni Koalisi Merah Putih.
Duet Jokowi-Jusuf Kalla
diusung oleh Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan, Partai Kebangkitan
Bangsa, Partai Hati Nurani Rakyat, Partai Nasional Demokrat, dan Partai
Keadilan dan Persatuan Indonesia.
Di parlemen koalisi lima
partai ini menduduki 207 kursi. Sementara kubu lawan yakni Koalisi Merah
Putih yang merupakan gabungan Partai Gerindra, PPP, PAN, Golkar, dan
PKS 'menguasai' 292 kursi di DPR.
Melihat peta kekuatan
tersebut, bukan tidak mungkin sejumlah kebijakan Jokowi-JK akan diganjal
di DPR. Sejumlah cara pun ditempuh Jokowi agar pemerintahannya kuat.
Cara
pertama adalah dengan merekrut 16 kader partai politik untuk duduk di
kabinet sebagai menteri. Selain kader dari partai pendukung, Jokowi-JK
juga membuka peluang politisi dari Koalisi Merah Putih untuk menjadi
menteri.
Jokowi mengatakan dipilihnya 16 politisi menjadi
menteri untuk memperkuat hubungan antara pemerintah dan DPR yang berisi
kader-kader parpol. Dia ingin memastikan pemerintahannya tak dihambat di
DPR dengan menempatkan kader parpol di kursi menteri.
"Ini
berkaitan dengan dukungan politik, dukungan parpol, hubungan antara
pemerintah dan dewan. Itu semua dikalkulasi," kata Jokowi kepada
wartawan di Balai Kota, Jl Medan Merdeka Selatan, Jakarta Pusat, Selasa
(16/9/2014).
Di Balai Kota Jakarta hari ini, Rabu (17/9/2014) Jokowi kembali
mengungkap satu cara 'mengamankan' kebijakannya dari serangan kubu
lawan, yakni Koalisi Merah Putih.
Pria yang kini masih menjabat
Gubernur DKI Jakarta itu berencana mengangkat seorang Kepala Staf
Kepresidenan. Salah satu tugas Kepala Staf Kantor Presiden adalah
menjadi penasihat presiden yang berkaitan dengan kebijakan pemerintah,
implementasi program dan intelijen.
"Isinya penasihat harian kami yang berkaitan dengan policy, strategi, komunikasi, delivery program dan intelijen," kata pria kelahiran Solo itu.
Di
Amerika lembaga sejenis, yakni Kepala Staf Gedung Putih juga bertugas
mengamankan agenda dan kebijakan presiden. Termasuk di antaranya melobi
para politisi di parlemen, dan juga para pejabat berpengaruh. [detik]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar