Selasa, 16 September 2014

Menebak Menteri ESDM Jokowi

Presiden terpilih Joko Widodo telah memberikan pernyataan berapa komposisi meteri yang akan duduk di kabinetnya. Termasuk, posisi menteri utama seperti Kementerian Keuangan, kementerian BUMN, Kementerian Pertanian hingga Kementerian ESDM yang akan diambil dari orang profesional non partai.
Mengacu pernyataan Jokowi, posisi Kementerian ESDM yang kini tengah menjadi sorotan karena kasus korupsi dan mafia Migas, maka siapa kandidatnya sudah megkerucut pada beberapa nama.
Nama-nama yang ada dipilah berdasarkan kriteria yang sering disampaikan Jokowi sebelumnya, yakni memiliki kemampuan manajerial, leadership, muda, dari kalangan pengusaha/CEO, bersih, wajah baru dan berani memberantas mafia migas.
Sedikitnya ada delapan alat ukur yang bisa digunakan untuk memandu siapa kira-kira dari nama-nama yang muncul yang pantas dengan kriteria Jokowi untuk duduk di kursi Menteri ESDM.
Sampai saat ini ada 15 nama yang beredar dalam bursa Menteri ESDM. Masing-masing Kurtubi, Karen Agustiawan, Arie Soemarno, Poltak Sitanggang, Raden Priyono, Tumiran, Kuntoro Mangkusubroto, Deendarlianto, Darwin Silalahi, Rovicky, Luluk Sumiarso, Darmawan Prasodjo, Eriryana Hardjapamekas, Arif Budimanta dan Evita Legowo.
Kurtubi, Arif Budimanta, dan Darmawan Prasodjo secara otomatis sudah gugur dengan pernyataan Jokowi bahwa Menteri ESDM akan diisi dari profesional non partai.
Kurtubi adalah caleg terpilih dari Partai Nasional Demokrat sementara Arif Budimanta adalah caleg dari PDI Perjuangan dan pernah duduk di DPP PDI Perjuangan. Darmawan Prasodjo juga orang partai karena dia merupakan caleg DPR RI dari PDIP dalam pileg 2014 yang baru lalu. Dengan demikian maka dari 15 nama tinggal tersisa 12 nama lagi.
Jika dilihat dari kriteria usia sebagaimana yang ditekankan oleh Jokowi berkali-kali bahwa dirinya mengharapkan menteri ESDM masih berusia muda yaitu 55 tahun kebawah maka Arie Soemarno (65 th), Raden Priyono (58 th), Koentoro Mangkusubroto (67 th), Luluk Sumiarso (63 th), Erry Riyana Hardjapamekas (64 th)
Sedangkan Evita Legowo (63 th) tidak memenuhi kriteria ini. Dengan demikian maka calon menteri ESDM yang tersisa tinggal Karen, Poltak Sitanggang, Tumiran, Deendarlianto, Darwin Silalahi dan Rovicky.
Pada 4 September 2014, Jokowi juga menyampaikan bahwa syarat khusus untuk menjadi menteri ESDM adalah mereka yang memiliki latar belakang pengusaha atau pernah memimpin perusahaan dengan ribuan karyawan sehingga tidak gamang dalam mengambil keputusan.
Dari syarat khusus ini maka Rovicky, Tumiran, dan Deendarlianto tidak masuk pada syarat ini. Rovicky adalah Ketua Ikatan Geolog Indonesia dan tidak memiliki pengalaman sebagai pengusaha atau CEO perusahaan. Deendarlianto dan Tumiran juga tidak pernah memimpin perusahaan. Mereka lebih dikenal sebagai pengamat dan akademisi.
Dari kriteria ini maka kandidat tersisa tiga orang. Ketiga-tiganya memenuhi kriteria tersebut. Yakni memiliki kemampuan manajerial dan kepemimpinan. Karen Agustiawan sepertinya akan gugur dalam dua kriteria berikutnya yaitu rekam jejak dan wajah baru.
Karen walaupun belum terbukti melalui sebuah keputusan hukum tetapi dia pernah menjadi saksi di KPK dalam kasus Jero Wacik dan Rudy Rubiandini (Suap SKK Migas). Karen juga tidak bisa dikatakan sebagai wajah baru dalam bidang ESDM. Bahkan, sebagai Dirut Pertamina selama 8 tahun ia dianggap mengetahui alur permainan mafia migas.
Berdasarkan tahapan seleksi melalui kriteria yang diinginkan oleh Jokowi maka yang tersisa tinggal dua nama yaitu Poltak Sitanggang dan Darwin Silalahi. Kedua-duanya memenuhi hampir seluruh syarat.
Keunggulan Poltak Sitanggang selain lebih muda lima tahun dari Darwin, juga memenuhi kriteria berani, yang sangat diinginkan oleh Jokowi sebagai syarat mutlak untuk meberantas mafia migas.
Setidaknya Poltak tercatat pernah mengambil alih 44.000 Ha lahan Kontrak Karya Asing milik Rio Tinto dan mampu memenangkannya di Pengadilan. Sementara Darwin Silalahi dikenal sebagai Golden Boy perusahaan minyak Asing yaitu British Petroleum Indonesia, Shell Indonesia, dan Royal Dutch Shell Plc yang kesemuanya adalah kompetitor Pertamina di bidang minyak.
Pengamat Politik Energi dari Global Future Institut, Hendrajit, mengkategorikan Darwin Silalahi sebagai kader perusahaan asing yang diduga sengaja disusupkan ke Kabinet jokowi. Peluang Poltak Sitanggang menjadi lebih besar dibandingkan Darwin karena didukung oleh alumni-alumni UGM pada saat acara temu kangen Kagama di Balai Kartini, 12 September 2014.
Poltak Sitanggang menurut polling dari mahasiswa Singapura dalam situs Beranilawanmafia.com menempati peringkat tertinggi sebagai yang dianggap paling berani memberantas mafia migas. Peringkat Poltak Sitanggang mengalahkan tiga kandidat lainnya.
Namun demikian ditegaskan, siapa yang akan diambil sebagai menteri ESDM tetap ada di tangan Jokowi. Walaupun, banyak pihak melihat pertarungan kedua orang ini adalah pertarungan antara Harvard dengan UGM, antara Golden Boy perusahaan minyak asing dengan orang yang mampu mengalahkan Kontrak Karya Asing, Rio Tinto. [beritasatu]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar