Parpol itu orientasinya kekuasaan. Jika kemungkinan itu ada, apa
salahnya jadi “kutu loncat”? Apa lagi kubu PDIP dengan Jokowi-nya telah
mengiming-imingi 2 kursi menteri, sehingga PAN dan PPP pun mulai
berjingkat untuk balik bakul dari Koalisi Merah Putih (KMP). PPP wajah
baru bisa merapat tanpa beban. Tapi PAN, langkahnya agak tertatih
karena selalu dibayang-bayangi wajah sang Ketua MPP, Amien Rais, yang sangat "licin" bin "licik" dalam perpolitikan di negeri ini.
Kalau cuma menghabisi Jokowi, bagi Amien Rais adalah hal gurem, reputasinya telah mengahabisi Megawati, si ibu kandung ideologis Jokowi, di tahun 1999 masih jelas dalam ingatan kita.
Malu-malu, tapi sebetulnya sangat mau! Sebagaimana Partai Demokrat, sesungguhnya PAN itu masih eksis karena
figur Amien Rais. Ditambah kesuksesannya sebagai “Bapak Reformasi”,
begitu ikut Pemilu 1999 langsung dapat 35 kursi. Meski mengalami pasang
surut perolehan kursinya, tapi tak pernah sampai terjerembab seperti
PBB-nya Yusril Ihza Mahendra. Di Pileg 9 April lalu, dengan Amien
sebagai Ketua MPP, PAN masih mengantongi kursi 49, naik 3 buah ketimbang
Pemilu 2009.
Sayangnya Amien Rais sendiri meski bergelar “Bapak Reformasi” karena
berhasil bikin Pak Harto lengser, ketika berambisi jadi presiden gagal,
dan dia hanya memperoleh hadiah hiburan sebagai Ketua MPR. Maka orang
yang tak suka padanya selalu menyindir bahwa Amien Rais itu akronim:
Arep Mimpin Ora Isa (Mau Mimpi Tapi Tak Bisa).
Sedangkan Jokowi anak kemarin sore yang “durung isa sisi” (belum bisa
buang ingus) kata orang Solo, begitu nyapres langsung jadi. Padahal
jika tanpa perjuangan Amien Rais menumbangkan Orde Baru, tak mungkinlah
Jokowi itu bisa jadi Walikota Solo dan kemudian Gubernur DKI. Mungkin
gara-gara faktor ini, bawaannya Amien Rais “cemburu” melulu sama Jokowi.
Meski sesama wong Solo, Amien Rais selalu berkomentar sinis pada
tetangga kampungnya tersebut.
Sisi inilah rupanya yang membuat PAN dewasa ini terkesan gojag-gajeg
(ragu) untuk langsung merapat ke Jokowi-JK yang telah menjanjikan kursi
empuk. Sebab hati kecilnya pasti mengatakan, tanpa Amien Rais tak
mungkin dirinya ada di DPR Senayan. Tapi meninggalkan KMP sama saja
selingkuh dari Prabowo, dan selingkuh pula dari Amien Rais. Karena
itulah, meski malu-malu dan sangat mau, langkah PAN ke PDIP-Jokowi
selalu dibayang-bayangi wajah Amien Rais sang Ketua MPP. [Pos Kota]
ya--ya--ya---, saya kira setiap orang mesti jujur pada dirinya sendiri ya tentu ini harus perang melawan nafsu dirinya sendiri dan tentu yang paling penting adalah kembali ke niat kita masing2. Betulkah niat kita itu ingin membangun bangsa dan negara ini untuk kemakmuran dan kesejahteraan rakyat dengan iklas atau jangan2 kita hanya sibuk mengurusi diri sendiri atau iri pada keberhasilan orang lain yg telah melalui proses2 yg benar. OK-lah mari kita luruskan niat kita masing2. Mari istiqomah pada kebenaran hakiki yang tentu tidak menciderai hati nurani.
BalasHapus