Pemerintahan Joko Widodo (Jokowi) - Jusuf Kalla (JK) diprediksi sulit menghadapi tekanan DPR yang mayoritas
dikuasai Koalisi Merah Putih (KMP). Parati pengusung Jokowi, PDIP pun mulai keder, minta diberi
celah dalam pembahasan RAPBN 2015.
“Saya berharap semua usulan kami dalam pembahasan anggaran diberikan
peluang serta celah, didukung oleh semua fraksi dan juga pemerintah
sekarang,” kata Ketua Fraksi PDIP Puan Maharani di Rumah Transisi,
Menteng, Kamis (28/8/2014).
Menurutnya, permintaan itu didasarkan kepentingan bangsa Indonesia.
Puan meyakinkan, kubunya tidak berbicara angka yang diinginkan. “Yang
kami bicarakan atau inginkan itu untuk rakyat,” ujarnya.
Ia kembali menegaskan, apapun yang akan diputuskan terkait APBN 2015
di Badan Anggaran (Banggar) DPR adalah untuk kepentingan rakyat. “Itu
nanti, semua merupakan keputusan bersama bagi kita semua dalam membangun
bangsa ke depan,” katanya.
Uji Ketangguhan Melobi
Sampai saat ini Koalisi Merah Putih masih kompak memegang teguh janji
tidak berkoalisi dengan kubu Jokowi-JK dan selalu siap menghajar setiap langkah yang dilakukan Jokowi.
Di sisi lain, Jokowi masih
terikat dengan janjinya yakni koalisi ramping, yang selalu digembar-gemborkan sebagi suatu kehebatan pemerintah Jokowi-JK. Dalam masa kampanyenya, tak sedikit Jokowi mengatakan bahwa dirinya sangat perkasa menghadapi para wakil rakyat. Dengan banggga Jokowi selalu mengatakan bahwa ketika di Solo dan di DKI, Jokowi selalu bisa "memaksa" keinginannya yang selalu Jokowi klaim "demi kepentingan rakyat".
“Kalau Koalisi Merah Putih solid, Jokowi-JK dipastikan menghadapi
kesulitan dalam menjalankan program-program pemerintahannya,” kata
pengamat politik dari FISIP UI, Panji Anugrah Permana di DPD RI, Jumat
(29/8/2014).
Kesulitan itu terjadi karena hambatan dari anggota DPR kubu KMP yang
jumlahnya lebih besar. KMP akan menguasai 63 % (Golkar, Demokrat,
Gerindra, PPP, PAN, PKS). Sedangkan koalisi pendukung Jokowi 37% kursi
di DPR (PDIP, Nasdem, Hanura, PKB).
“Kalau sampai di DPR dihambat atau deadlock, maka pemerintah tak bisa
bergerak. Maka, disitulah ketangguhan lobi koalisi Jokowi-JK diuji,”
ujarnya.
Coba Memanfaatkan Relawan
Menariknya, lanjut Panji, kalau pun Jokowi-JK gagal melobi KMP di
DPR, maka bisa saja, pemerintah baru ini memanfaatkan relawan untuk
mengkapitalisasi isu-isu yang berkembang di masyarakat.
Selain dituntut ketangguhan lobi dan negosiasi politik bersama partai
pendukungnya, Jokowi-JK bisa saja melibatkan masyarakat sipil untuk
menambah kekuatannya menghadapi DPR.
“Jokowi yakinkan masyarakat sipil dan tunjukkan pemerintahannya
membela kepentingan rakyat. Tindakan tersebut lebih besar ketimbang
kekuatan KMP atau partai koalisi pendukung Jokowi-JK,” sarannya.
Rawan Dimakzulkan
Pakar psikologi politik, Hamdi Muluk, mengatakan pemerintahan Jokowi-JK rawan dimakzulkan jika koalisi yang dihimpun di DPR
minoritas.
Saat ini koalisi Partai Demokrasi Indonesia
Perjuangan dengan Partai Kebangkitan Bangsa, Partai Nasional Demokrat,
dan Partai Hati Nurani Rakyat hanya mampu menghimpun 207 kursi di
parlemen. Sementara kursi yang dihimpun Koalisi Merah Putih berjumlah
292 kursi.
"Secara moral, koalisi merah putih besar. jika suatu
hari nanti ada usulan pemakzulan, pemerintahan Jokowi bisa repot," ujar
Hamdi saat dihubungi pada Jumat (29/8/2014).
Pemakzulan
adalah mekanisme pencopotan jabatan presiden dan wakil presiden yang
diajukan oleh anggota DPR kepada MPR atas rekomendasi Mahkamah
Konstitusi. Hal ini diatur dalam Pasal 7B UUD 1945. Menurut pasal ini,
usulan pemakzulan dianggap sah jika disetujui dua per tiga anggota DPR.
Hamdi
lebih lanjut mengatakan pembuktian pemakzulan di Mahkamah Konstitusi
sangat sulit. Secara historis, Indonesia juga belum pernah melakukan
pemakzulan yang sah secara legal formal.
Hamdi meramalkan, meski
nantinya pemakzulan tidak terbukti, tetap akan menggoyahkan stabilitas
pemerintahan. "secara psikologis, Koalisi Merah Putih sangat mungkin
untuk melakukan itu," kata Hamdi.
Mengantisipasi
hal ini, Hamdi menyarankan partai koalisi PDIP untuk melobi partai
Koalisi Merah Putih mendukung pemerintahan Jokwowi-Kalla. Lobi bisa
dilakukan dengan mengintervensi kebijakan partai melalui musyawarah
nasional atau menawarkan jabatan kepada partai.
Sementara itu,
pada hasil pengamatan Lembaga Survei Indonesia, pemerintahan
Jokowi-Kalla juga terancam lumpuh karena mayoritas parlemen dikuasai
koalisi merah putih. Karena hal ini, LSI memprediksi janji Jokowi-Kalla
tidak bisa dipenuhi secara maksimal.
Adapun partai yang tergabung
dalam koalisi merah putih adalah Partai Gerindra,Partai Keadilan
Sejahtera, Partai Amanat Nasional, Partai Demokrat, Partai Golkar, dan
Partai Persatuan Pembangunan.
Pakar psikologi politik, Hamdi Muluk, mengatakan pemerintahan Jokowi-JK rawan dimakzulkan jika koalisi yang dihimpun di DPR
minoritas.
Saat ini koalisi Partai Demokrasi Indonesia
Perjuangan dengan Partai Kebangkitan Bangsa, Partai Nasional Demokrat,
dan Partai Hati Nurani Rakyat hanya mampu menghimpun 207 kursi di
parlemen. Sementara kursi yang dihimpun Koalisi Merah Putih berjumlah
292 kursi.
"Secara moral, koalisi merah putih besar. jika suatu
hari nanti ada usulan pemakzulan, pemerintahan Jokowi bisa repot," ujar
Hamdi saat dihubungi pada Jumat (29/8/2014).
Pemakzulan
adalah mekanisme pencopotan jabatan presiden dan wakil presiden yang
diajukan oleh anggota DPR kepada MPR atas rekomendasi Mahkamah
Konstitusi. Hal ini diatur dalam Pasal 7B UUD 1945. Menurut pasal ini,
usulan pemakzulan dianggap sah jika disetujui dua per tiga anggota DPR.
Hamdi
lebih lanjut mengatakan pembuktian pemakzulan di Mahkamah Konstitusi
sangat sulit. Secara historis, Indonesia juga belum pernah melakukan
pemakzulan yang sah secara legal formal.
Hamdi meramalkan, meski
nantinya pemakzulan tidak terbukti, tetap akan menggoyahkan stabilitas
pemerintahan. "secara psikologis, Koalisi Merah Putih sangat mungkin
untuk melakukan itu," kata Hamdi.
Mengantisipasi
hal ini, Hamdi menyarankan partai koalisi PDIP untuk melobi partai
Koalisi Merah Putih mendukung pemerintahan Jokwowi-Kalla. Lobi bisa
dilakukan dengan mengintervensi kebijakan partai melalui musyawarah
nasional atau menawarkan jabatan kepada partai.
Sementara itu,
pada hasil pengamatan Lembaga Survei Indonesia, pemerintahan
Jokowi-Kalla juga terancam lumpuh karena mayoritas parlemen dikuasai
koalisi merah putih. Karena hal ini, LSI memprediksi janji Jokowi-Kalla
tidak bisa dipenuhi secara maksimal.
Adapun partai yang tergabung
dalam koalisi merah putih adalah Partai Gerindra,Partai Keadilan
Sejahtera, Partai Amanat Nasional, Partai Demokrat, Partai Golkar, dan
Partai Persatuan Pembangunan.
Ejekan dari PPP
Politikus Partai Persatuan Pembangunan (PPP),
Ahmad Yani, mengkritisi rencana Jokowi yang akan
menaikkan harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi begitu dia resmi
menjabat. Sebab, saat menjadi oposisi, partai Jokowi yakni PDI
Perjuangan sangat gigih menolak kebijakan tersebut.
"PDIP dulu menawarkan banyak opsi dan argumentasi untuk mencegah agar BBM tidak naik," kata Yani, Jumat (29/8/2014).
Yani
menegaskan partainya menolak kenaikan BBM. Oleh karena itu, dia meminta
pemerintahan Jokowi usai dilantik untuk mencari solusi yang lain
seperti ketika mereka tidak berkuasa.
"Belum waktunya menaikkan BBM. Karena ini semakin menambah penderitaan rakyat," ujarnya.
Yani
menegaskan, jika tetap menaikkan BBM, Jokowi tidak memiliki terobosan
baru sebagai pemimpin. Meskipun dia meminta publik untuk tetap menunggu
apa kebijakan final yang diambil Jokowi usai 20
Oktober 2014.
"Kami menilai kenaikan BBM menambah beban rakyat.
Kita lihat sama-sama, pemerintah mana yang berbeda. Kalau tetap naik
berarti sama saja dengan pemerintah yang lalu," ucapnya.
Cara Gampang Kurangi Subsidi BBM
Cara gampang dan langsung dapat diimplementasikan yang adalah menaikkan Pajak Kendaraan Bermotor dengan amat signifikan baik untuk mobil maupun untuk sepeda motor dan semua kendaraan yang mengkonsumsi BBM. Khusus untuk angkutan umum atau kendaraan yang menggunakan bahan bakar gas dan listrik, Jokowi bisa memberikan pembebasan 100%. Dengan mengambil pajak yang tinggi untuk semua kendaraan bermotor, maka dipastikan orang akan berfikir 1000x untuk membeli kendaraan bermotor dan mereka cenderung bermigrasi ke transportasi umum.
Dengan menaikkan pajak kendaraan bermotor yang mengkonsumsi BBM kecuali angkutan umum, pemerintahan Jokowi-JK bisa mendapatkan tambahan dana yang sangat besar sehingga tetap terus mensubsidi BBM, juga dipastikan tidak pernah salah sasaran sebab yang dikenai pajak adalah mereka yang punya mobil (objeknya sangat jelas). Tidak juga perlu pengawasan yang bertele-tele sebab imlementasinya sangat gampang. Berani mencoba? Mudah-mudahan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar