Minggu, 01 Desember 2013

Dukungan Jokowi Naik Karena Retaknya Dukungan Pada Elite Partai

Jelang pemilu 2014, nama dan elektabilitas Joko Widodo (Jokowi) kian menanjak. Centre for Strategic and International Studies (CSIS) mencatat, perolehan suara responden terhadap Jokowi naik 6 persen dari bulan Mei lalu, kemudian nama Prabowo dan Aburizal Bakrie mengikuti di belakangnya.
"Pada survei CSIS Mei lalu, Jokowi sebagai capres (Top of Mind) juga paling tinggi. Sekarang meraih dukungan mencapai 34,7 persen. Prabowo sebanyak 10, 7 persen dan Aburizal Bakrie 9 persen, sementara calon lainnya di bawah 6 persen," papar Kepala Departemen Politik dan Hubungan Internasional CSIS Philips Vermonte, saat rilis survei nasional 'Tanda-tanda Berakhirnya Oligarki Elite Partai?' di Gedung CSIS, Tanah Abang, Jakarta Pusat, Minggu (1/12/2013).
Menurut Philips, kenaikan dukungan Jokowi ini harusnya menjadi catatan penting bagi semua partai. Jokowi bukan pengurus elit partai tetapi bisa mengalahkan calon-calon dari kalangan pendiri atau pengurus inti partai.
"Prabowo, Wiranto, dan Aburizal Bakrie adalah tokoh lama dan juga elit partai. Tapi Jokowi ini bukan pengurus inti partai, tapi dia mendapat dukungan. Ini menunjukkan tanda oligarki partai sudah retak. Keretakan ini harus didorong agar memaksa semua partai untuk menemukan figur yang mendapat dukungan arus bawah," kata Philips.
Pilihan dan dukungan arus bawah masyarakat justru ada pada sosok Jokowi. Hal ini tak lain karena semakin pintar dan demokratisnya masyarakat dalam memilih sosok pemimpin. Sayang perilaku ini tidak berlaku dalam internal partai politik.
"Masyarakat semakin demokratis tapi partai bisa mengikuti pola demokrasi itu di dalamnya. Ini dibuktikan dari elit-elit yang mereka ajukan sebagai pilihan capres," ujar Philips.
Selain Jokowi, Philips juga melihat adanya perbaikan sistem calon presiden pada Partai Demokrat yang melakukan konvensi. "Selain Jokowi, tanda retaknya oligarki elit partai di Indonesia sebetulnya juga terlihat pada Partai Demokrat yang memberi ruang, walau sedikit, pada kemunculan tokoh non-elit Demokrat melakukan Konvensi," kata Philips lagi.
Survei CSIS ini dilakukan di 33 provinsi dan berlangsung pada 13 sampai 20 November 2013 dengan wawancara tatap muka. Jumlah sampel 1180 responden dengan margin of error 2,85 persen tingkat kepercayaan 95 persen. Pemilihan responden dilakukan secara acak bertingkat dan proporsi kelamin 50:50 persen untuk laki-laki dan perempuan. Proporsi responden untuk desa dan kota juga sebesar 50:50 persen sesuai dengan data BPS 2011.

Sumber :
merdeka.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar