“Masyarakat sudah cerdas, tidak akan mempercayai begitu saja suatu kritik yang dilemparkan terhadap Pak Jokowi. Terlebih serangan yang dilakukan sangat tidak beralasan, tanpa didukung fakta dan penuh kepentingan politik. Wajar jika masyarakat menilainya semua itu hanyalah manuver politik yang hanya ingin menjatuhkan elektabilatas Pak Jokowi”
Jakarta- Tak dapat dipungkiri nama Joko Widodo (Jokowi) telah menjelma sebagai sosok “menakutkan” bagi pihak-pihak yang mempunyai kepentingan politik pada Pemilu 2014. Berbagai manuver politik untuk menjatuhkan kredibiltas Gubernur DKI Jakarta periode 2012 – 2017 ini terus dilakukan oleh rival-rival politik yang merasa khawatir dengan meroketnya tingkat elektabillitas Jokowi sebagai capres 2014.
Salah satu upaya ingin membunuh karakter mantan Walikota Solo ini seperti yang dilakukan oleh Ketua Fraksi Partai Demokrat DPR RI, Nurhayati Ali Assegaf. Ia mengkritik satu tahun pemerintahan Jokowi sebagai Gubernur DKI Jakarta.
Politisi wanita ini mengatakan, mantan Gubernur DKI, Fauzi Bowo (Foke), turut berjasa dalam satu tahun pemerintahan Jokowi-Ahok. Kemudian, Nurhayati menyatakan ada 1.000 rumah yang terbakar dalam satu tahun pemerintahan Jokowi. Bahkan, Nurhayati tak lagi hanya mengkritik berkaitan satu tahun kinerja Jokowi, tetapi melebar pada kebijakan mobil murah dan Esemka.
Tak hanya Nurhati, Ruhut Sitompul juga terlihat gencar melontarkan kritik menyerang Jokowi. Kedua politisi Partai Demokrat yang pernah berseteru ini, kini tampak akur ingin menjatuhkan kredibiltas Jokowi.
“Rivalitas menjelang Pemilu 2014 diduga menjadi pemicu dibalik serangan Partai Demokrat terhadap Pak Jokowi. Serangan itu diduga untuk menggerus tingkat elektabilitas Pak Jokowi yang terus naik berdasarkan hasil beberapa jajak pendapat lembaga survey. Pasalnya, para peserta konvensi capres Partai Demokrat belum ada yang bisa menandingi popularitas Pak Jokowi,” ujar Darmadi Durianto, SE, MBA, Ph.D, Caleg DPR RI dari PDI-P, No.2 Dapil DKI Jakarta III (Jakarta Barat, Jakarta Utara, & Kep.Seribu), kepada kompasiana.com menanggapi manuver politik Partai Demokrat terhadap Jokowi, baru-baru ini.
Menurut Dewan Pakar Megawati Institute ini, serangan yang ditujukan Partai Demokrat kepada Jokowi itu justru akan menjadi bumerang, karena Jokowi begitu dicintai dan didukung oleh rakyat. Maka, jika Jokowi diserang, rakyat akan pasang badan untuk membelanya. Hal ini dapat dibuktikan dengan berbagai statement di media sosial dan ruang komentar pemberitaan media online yang memuat berita Jokowi.
“Masyarakat sudah cerdas, tidak akan mempercayai begitu saja suatu kritik yang dilemparkan terhadap Pak Jokowi. Terlebih serangan yang dilakukan sangat tidak beralasan, tanpa didukung fakta dan penuh kepentingan politik. Wajar jika masyarakat menilainya semua itu hanyalah manuver politik yang ingin menjatuhkan elektabilatas Pak Jokowi,’ kata Wakil Ketua Badan Pemberdayaan Ekonomi Kerakyatan DPP PDI-P ini.
Pendukung Fanatik
Dikatakan Darmadi Durianto, Jokowi saat ini sudah menjelma menjadi religious brand. Ikatannya tidak sekedar ikatan emosional, tapi sudah tercipta spritual bonding. Para pendukung Jokowi sangat fanatik. Sehingga tanpa perlu digerakan selalu mempromosikan Jokowi dan bereaksi jika kader PDI-P ini mendapat serangan.
“Serangan terhadap Pak Jokowi akan terus menuai perlawanan dari pendukung fanatiknya yang notabenenya masyarakat yang meyakini Pak Jokowi sebagai sosok pemimpin yang pro rakyat. Sehingga tidak mudah untuk menjatuhkan Pak Jokowi dengan cara-cara yang tidak elegan seperti yang dilakukan oleh pihak-pihak tertentu saat ini. Semakin diserang justru elektabilitas dan popularitas Pak Jokowi akan semakin tak terbendung,” tandas Dosen Fakultas Ekonomi Unika Atma Jaya Jakarta dan Dosen Pasca Sarjana Kwik Kian Gie School Of Business ini.
Politisi PDI-P yang dikenal loyal ini menilai serangan yang dilakukan kubu Partai Demokrat melalui Nurhayati kepada Jokowi sangat tidak terukur dan hanya sekedar emosi. Kritik seperti itu, kata dia, akan membuat rakyat bertanya-tanya dan bisa balik menyerang.
“Masa maraknya kebakaran di Jakarta Pak Jokowi yang disalahkan?. Penyebab kebakaran itu banyak faktornya, salah satunya konsleting listrik akibat PLN yang dengan mudahnya memberikan sambungan listrik di pemukiman-pemukiman liar. Perlu diingat, Pak Jokowi itu baru satu tahun menjadi Gubernur DKI sehingga sangat tak mendasar melimpahkan kesalahan masa lalu kepada Pak Jokowi,” ungkapnya.
Dia memberi contoh serangan yang dilakukan oleh Amien Rais beberapa waktu lalu. Serangan tersebut sarat kepentingan politik dan tanpa dilengkapi dengan data yang valid . Tak ayal, sosok sekaliber Amien Rais pun diserang oleh publik, khususnya pendukung fanatik Jokowi.
“Di era reformasi ini siapa pun bebas melontarkan kritiknya. Tapi, pertanyaannya, apakah semua kritik itu terukur atau tidak?. Sehingga tidak hanya asal bicara saja yang justru akan menjadi bumerang. Ingat, mulutmu, harimaumu,”tegas pria bersahaja asal Sei Ambawang, Pontianak, Kalbar ini.
Kendati demikian, Darmadi Durianto menyatakan, Jokowi bukan berarti tidak boleh dikritik dalam menjalankan roda pemerintahan di Ibukota negara dengan sejuta permasalahannya. Sebab, Jokowi merupakan orang yang selalu terbuka menampung semua aspirasi warganya. Namun, jika kritik itu hanyalah manuver politik, maka pendukung fanatiknya akan selalu pasang badan untuk membelanya.
“Dibalik popularitas Pak Jokowi, ada kepercayaan publik yang luar biasa besar terhadapnya. Pak Jokowi memiliki social trust yang tinggi, dia mampu menyadarkan rakyat untuk berdiri di belakangnya. Kemudian mampu menggerakan rakyat untuk terlibat melakukan perubahan,” tutur Dewan Pembina Perkumpulan Peduli Rakyat Kalimantan (PERAK) ini..
Media Darling
Dia menjelaskan, Jokowi juga telah menjadi magnet besar bagi para awak media, baik cetak maupun elektronik sehingga selalu tersedia ruang publish baginya. Masyarakat pun tampak antusias terhadap pemberitaan Jokowi, bahkan terdapat segmen masyarakat yang merasa ada yang hilang kalau tidak ada berita Jokowi.
“Tidak berlebihan jika Pak Jokowi telah menjadi social darling maupun media darling bagi masyarakat dan media. Karena memang sosoknya yang merakyat, magnet blusukan-nya telah menyita perhatian media dan publik daripada pemimpin-pemimpin populis lainnya,” ucapnya.
Dari tubuh Jokowi, lanjutnya, pada dasarnya adalah “Marhaen” yakni simbolisasi wong cilik yang dihidupkan Bung Karno. Tubuhnya yang kurus ramping melambangkan orang kecil yang bekerja keras. Seperti terlihat dari kebiasaan Jokowi yang menyingsingkan lengan bajunya. Pilihan putih merupakan perlambang watak orang bersih dalam bertindak dan jujur dalam bertutur kata.
“Pak Jokowi telah mengembalikan prinsip politik pada hakikatnya di tengah situasi politik yang kini sudah tak berada pada tempatnya. Hal ini terbukti angka golput turun signifikan saat Pilgub DKI karena keberadaan salah satu kader PDI-P bernama Jokowi,” pungkasnya.
Sumber :
kompasiana.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar