Kamis, 26 September 2013

Mengapa Amien Rais Brutal dan Bertubi-tubi Menyerang Jokowi?

Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo (Jokowi) sudah menjawab cemoohan tokoh reformasi 1998, Amien Rais. Jokowi menanggapi santai serangan pendiri Partai Amanat Nasional (PAN) itu. Tapi mengapa Amien menyerang kader terbaik Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P), Jokowi, dengan brutal, bertubi-tubi dan seperti meradang dendam? Adalah persoalan pribadi yang terjadi diantara mereka? Ataukah Amien Rais benar-benar memegang kartu truf Jokowi untuk menjegal langkah Jokowi?
"Sindiran Amien Rais kepada Jokowi soal popularitas merupakan bentuk ketakutan dan kekhawatiran Amien Rais sebagai Ketua Dewan Pembina PAN," ujar pakar komunikasi politik Universitas Mercubuana Heri Budianto, Kamis (26/9/2013).
Sikap ini juga, kata Heri, termasuk dalam kategori black campaign atau kampanye hitam meskipun belum memasuki masa kampanye. Menurutnya, serangan kepada tokoh tertentu yang bermuatan politik dapat dikategorikan sebagai kampanye hitam.
"Saya melihat ini bentuk kekhawatiran berlebihan Amien Rais."
Heri menjelaskan, sejumlah elite partai politik di luar PDI-P gundah dengan realitas politik Jokowi yang mampu memimpin elektabilitas di hampir semua survei dari berbagai lembaga survei. "Apalagi perbincangan di publik semakin ramai yang menginginkan Jokowi maju sebagai capres."
"Saya melihat Amien Rais yang merupakan politisi ternama juga bisa membaca potensi politik Jokowi dalam Pilpres 2014 mendatang. Karenanya, Amien sudah menyiapkan strategi politik untuk menjegal lawan-lawan politik yang bukan dari partainya," ujarnya.
Kendati, Heri menambahkan, sikap Amien ini akan menguntungkan Jokowi. Sebab, bentuk-bentuk serangan secara pribadi yang ditujukan kepada Jokowi, justru akan menambah besar dukungan publik kepada Jokowi.
"Ini sudah pernah terjadi, ketika Jokowi diserang dengan isu SARA saat pilkada DKI lalu. Publik bukannya menolak Jokowi, tapi justru bersimpati pada Jokowi," tandas Heri.
Amien Rais menyamakan Jokowi dengan mantan Presiden Filipina Joseph Estrada. Amien menyebut, Estrada terpilih menjadi presiden karena popularitasnya yang juga sebagai bintang film. Tapi sayang, Estrada hanya bertahan beberapa bulan karena langsung dikudeta dan digantikan Gloria Macapagal Arroyo.
"Joseph Estrada setiap malam kerjanya hanya mabuk, dan dia dipilih hanya berdasarkan popularitasnya," ujar Amien saat memberi kuliah umum di hadapan ratusan mahasiswa Universitas Diponegoro, Semarang, Jawa Tengah, Selasa 24 September lalu.
Sumber :
liputan6.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar