Gubernur DKI Joko Widodo (Jokowi) dikenal dengan aksi blusukan atau pergi ke
daerah untuk bertemu masyarakat. Meskipun banyak yang memberi apresiasi, namun abanyak pula yang mengritik, mulai dari pencitraaan sampai tuduhan menghambur-hampurkan uang. Ada yang menyebut boros, sebagian lagi tak berguna. Benarkah?
Jokowi pun memberi sejumlah alasan kenapa dia melakukan blusukan. Para pendukungnya dari Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) dan Gerindra juga membela.
Berikut lima alasan kenapa blusukan Jokowi harus dipertahankan:
Tidak Boros
Forum Indonesia untuk Transparansi
Anggaran (FITRA) merilis jumlah anggaran blusukan Jokowi mencapai Rp
26,6 miliar. Dana ini disebut berasal dari anggaran penunjang
operasional APBD 2013. Jika dijabarkan, maka dalam sehari Jokowi
dianggarkan mengeluarkan dana Rp 34 juta untuk kegiatan blusukannya.
Dikonfirmasi
soal ini, Jokowi mengakui memang ada dana operasional yang dianggarkan
untuk Gubernur dan Wakil Gubernur DKI. Namun dana operasional itu tak
sepenuhnya digunakan untuk memfasilitasi kegiatan blusukan.
"Dana operasional itu memang ada, tapi nggak langsung habis, separuhnya aja nggak habis," kata Jokowi usai.
Jokowi juga mengakui jumlah dana operasional itu mencapai
Rp 34 juta per hari. "Ya itu memang benar, tapi saya nggak pernah pegang
uangnya. Ya dana-dana itu untuk dana sosial, kalau ada gesekan warga,
kebakaran," paparnya.
Lalu bagaimana dengan aksi bagi-bagi buku
yang kerap dilakukan Jokowi saat blusukan? "Itu dananya dari CSR
(corporate social responbility)," jawab Jokowi.
Modal Jalan Kaki
Lebih lanjut menanggapi data FITRA,
Jokowi memastikan tak ada modal besar untuk blusukan. Dana operasional
yang dia keluarkan untuk kepentingan sosial warga.
Bahkan, Jokowi memastikan, modal blusukan hanya bermodal "dengkul" (kaki).
"Blusukan nggak ada anggaran, cuma modal jalan kaki. Kalau nggak pengen jalan kaki ya nggak usah blusukan," kata Jokowi.
Fungsi Kontrol
Jokowi menolak untuk berhenti
blusukan. Menurut dia, blusukan perlu dilakukan untuk mengontrol program
kerja yang sudah dilakukan. Jika tidak dilakukan blusukan, maka bisa
jadi pengerjaan suatu program tak sesuai dengan yang dilaporkan oleh
anak buah.
"Blusukan fungsinya sebagai manajemen kontrol
pengawasan, nggak ada yang lain. Kalau nggak ada manajemen kontrol terus
gimana?" ujarnya.
Terbukti dengan adanya kontrol dari Jokowi,
sejumlah program bisa berjalan. Termasuk saat terjadi bencana banjir.
Mantan Wali Kota Solo ini terjun langsung ke lapangan dalam proses
perbaikan tanggul jebol.
Serap Aspirasi Masyarakat
Gerindra membela Jokowi soal aksi blusukan. Aksi itu tetap perlu dipertahankan karena untuk menyerap aspirasi masyarakat.
"Saya
kira blusukan itu salah satu metode incognito atau metode yang tidak
terlalu protokoler supaya bisa menyerap aspirasi masyarakat," kata Wakil
Ketua Gerindra Fadli Zon.
Pandangan senada disampaikan Sekjen
PDI Perjuangan Tjahjo Kumolo. Tjahjo sepakat agar Jokowi melanjutkan
blusukan yang sudah menjadi gaya kepemimpinannya.
"Blusukan kan gaya kepemimpinan agar dapat langsung mendengar aspirasi masyarakat," tegas Tjahjo.
Terbukti Memberi Hasil Positif
Menurut pihak
Gerindra, sedikitnya ada tiga program yang sudah terealisai gara-gara
Jokowi blusukan. Program itu adalah normalisasi waduk Pluit, pembangunan
rusun, dan kampung deret.
Saat ini waduk Pluit sudah dalam tahap
normalisasi. Peran Jokowi memang sangat sentral, mulai dari proses
negosiasi dengan warga yang tinggal di lokasi, hingga pengawasan
para pekerja.
Pembangunan rusun dan kampung deret juga bentuk
efektif dari blusukan Jokowi. Dari situ, dia mendengar masukan dan
keluhan masyarakat.
Arsip :
Jokowi Diary
Tidak ada komentar:
Posting Komentar