Rabu, 08 Mei 2013

Alasan Jokowi Tak Tetapkan Jaktim sebagai Kota Ramah Anak

Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo menjelaskan alasan mengapa Pemerintah Provinsi DKI Jakarta tidak memasukkan Jakarta Timur ke dalam kota ramah anak. Padahal, wilayah tersebut memiliki tingkat kasus kekerasan anak yang paling tinggi.
"Masalahnya hanya kesiapan. Ada yang sudah siap, ada yang belum," ujar Jokowi di gedung Balaikota, Jakarta, Selasa (7/5/2013) malam.
Seperti diketahui, Jokowi menetapkan Jakarta Selatan, Jakarta Pusat, dan Jakarta Utara untuk menjadi kota ramah anak. Hal itu dinilai tak tepat oleh aktivis anak lantaran wilayah yang paling tepat adalah Jakarta Timur. Sebab, tingkat kasus kekerasan seksual paling tinggi terjadi di wilayah lain.
Jokowi melanjutkan, kesiapan yang dimaksud, adalah soal kesiapan organisasi dari pemerintah setempat, anggaran, dan kesiapan infrastruktur. Oleh karena itu, pria yang terkenal karena aksi blusukan-nya itu membantah mengacuhkan Jakarta Timur untuk dijadikan kota ramah anak.
"Kekerasan anak di sana paling besar, kalau hanya ngomong saja enak, sulit pelaksanaannya. Kita sampaikan, setelah tiga wilayah siap, dua itu kita dorong supaya siap juga," lanjutnya.
Sebagaimana diketahui, data Komisi Nasional Perlindungan Anak (Komnas PA) menyebutkan, sepanjang Januari 2013 hingga awal April 2013, tercatat terjadi 127 kekerasan seksual pada anak-anak di Jabodetabek. Dari jumlah itu, Jakarta Timur menduduki peringkat pertama dengan 67 kasus yang masuk Komnas PA, yang berarti terdapat 22 laporan per bulannnya.
Berkaca dari tahun 2012, jumlah laporan itu meningkat drastis. Sepanjang 2012, tercatat terjadi 29.637 kasus kekerasan anak di wilayah Jabodetabek. Dari angka tersebut, DKI Jakarta menjadi yang tertinggi yakni 663 kasus dan 190 kasus di antaranya terjadi pula di Jakarta Timur atau rata-rata 15 hingga 16 kasus per bulannya.


 Sumber :
megapolitan.kompas.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar