Presiden Republik Indonesia, Joko Widodo (Jokowi), mengatakan, zaman sekarang media memiliki andil yang begitu besar dalam membentuk opini publik. Ia juga menilai berita yang tajam itu sah-sah saja, namun harus tetap mendidik dan sifatnya tidak melukai atau “menusuk”.
“Beritanya boleh mengigit, tapi jangan melukai. Bukan mendidik dengan berdarah-darah,” ujar Jokowi saat berpidato di acara puncak Hari Ulang Tahun Lembaga Kantor Berita Nasional Antara (LKBN Antara) di Auditorium Adhiyana, Wisma Antara, Monas, Jakarta Pusat, Kamis malam (18/12/2014).
Jokowi juga menuturkan, saat ini media sudah menjadi sebuah industri sehingga yang dilihat adalah kebutuhan pasar.
“Masyarakat senang yang sensasional, jadi yang diberitakan juga yang sensasional. Padahal, untuk kebaikan dan kemajuan bangsa ini harusnya media bisa menggerakkan, mengorganisasi, mencerahkan dan mendidik masyarakat dalam hal apa pun,” jelas Jokowi.
Mantan Gubernur DKI Jakarta itu pun mengatakan jika masyarakat Indonesia setiap hari terus disuguhi berita-berita yang mengigigit dan tajam melukai, maka akan tercipta sebuah opini dan persepsi negatif. Ini menurutnya akan menjadi sesuatu yang negatif yang akan mengubah masyarakat menjadi sinis.
“Padahal yang ingin kita bangun adalah harapan yang penuh dengan optimisme,” tambahnya.
Di akhir pidato, Jokowi setuju media bisa menjadi sebuah kendali sosial. Sayangnya, selama ini media justru lebih mengarahkan masyarakat menjadi pesimistis, hal yang sama sekali jauh dari pikirannya sebagai Presiden RI.
“Menurut pandangan saya ke depan cerah. Saya melihat ke depan negara ini, Indonesia cerah. Saya optimistis. Tidak ada rasa pesimistis sama sekali walaupun saya tahu banyak hambatan dan rintangan,” ucapnya. [indonesiamedia]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar