Presiden Republik Indonesia, Joko Widodo alias Jokowi kembali
mengkampanyekan pentingnya penerapan keterbukaan birokrasi dengan
memanfaatkan sistem online. Jokowi menjelaskan kebutuhan mendesak adanya
e-budgeting, e-purchasing, sistem cash management, hingga perizinan
satu atap berbasis internet.
"Itu memudahkan pengawasan dan
kontrol serta mencegah potensi korupsi," kata Jokowi saat membuka
Festival Anti Korupsi di Graha Sabha Pramana (GSP) UGM pada Selasa (9/12/2014).
Jokowi sependapat dengan strategi Komisi Pemberantasan Korupsi selama
ini yang menerapkan langkah penindakan dan pencegahan korupsi dalam
porsi yang sama. Di pemerintahan, menurut Jokowi, reformasi birokrasi
menjadi kunci pencegahan korupsi. Caranya dengan menerapkan e-budgeting,
cash management, pajak online dan sejenisnya.
Menurut Jokowi, proses reformasi birokrasi bisa juga jalan bareng
dengan perombakan mental pejabat. Jokowi menilai mental pejabat yang
suka menilap anggaran, menarik pungutan, dan menerima suap bisa membuat
reformasi birokrasi macet.
Selama ini, berdasar pengalaman
Jokowi, inovasi sistem birokrasi agar transparan dan mudah diawasi
sangat kurang. Jokowi menyebutkan Indonesia butuh reformasi birokrasi
dari mulai di sistem pengadaan, pembayaran, penganggaran, pajak hingga
perizinan. "Izin SIUPP seharusnya bisa selesai beberapa menit, bisa jadi
bulanan hingga tahunan, pasti ada apa-apanya, pasti mau pungutan," kata
dia. [tempo]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar