Puluhan mahasiswa dari Papua dihadang polisi saat akan menemui Presiden Joko Widodo (Jokowi) yang berada di Kampus Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta. Mereka terhenti di kawasan Bundaran UGM atau jalan masuk menuju kampus.
Sambil membawa spanduk dan pengeras suara, mereka mengecam tindakan petugas kepolisian yang melarangnya menemui Presiden Jokowi. Mereka berencana mengadu terkait kasus penembakan lima warga sipil dan 17 korban kekerasan di Kabupaten Paniai yang ditengarai dilakukan oleh gabungan polisi, Brimob, dan Tim Khusus 753 TNI AD.
"Kami ingin menemui Presiden agar kasus kekerasan di Paniai diusut tuntas," kata Ketua Ikatan Pelajar Mahasiswa Papua Yogyakarta, Aris Teimo, dalam orasinya, Selasa (9/12/2014).
Kedatangan mereka bukan ingin mengacaukan agenda Presiden Jokowi di UGM, namun murni ingin mengadukan tindak kekerasan di Papua dan meminta pelakunya diadili. Sayangnya, niat tersebut tidak mendapat restu dari pihak kepolisian.
"Tolong bapak-bapak polisi, kalau kami tidak boleh masuk, bawa Presiden Jokowi ke hadapan kami. Kami ingin mengadu karena keluarga kami di Papua sedang berduka," teriak orator aksi yang mencegah massa agar tidak bentrok dengan polisi.
Pantauan wartawan, massa aksi terlihat marah dengan mendorong gerbang yang dicegat polisi. Polisi yang jumlahnya jauh lebih banyak dari para mahasiswa menghalangi langkah para mahasiswa.
Hingga pukul 14.00 WIB, para mahasiswa melakukan orasi secara bergantian. "Kita ingin melakukan aksi damai kawan-kawan, jangan terjadi tindakan anarkis," teriak orator aksi."
Informasinya, Presiden Jokowi menghadiri acara yang digelar KPK dalam peringatan Hari Antikorupsi di Gedung Graha Sabha Pratama UGM Yogyakarta. Selain itu, Presiden Jokowi juga memberi Kuliah Umum di kampus tersebut. [okezone]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar