Tahun 2013 segera berakhir. Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo (Jokowi) dan wakilnya Basuki Tjahaja Purnama (Ahok)
harus diakui sudah melakukan berbagai perubahan. Meski demikian masih
juga banyak yang masih harus dikerjakan dua pasangan yang berbeda latar
belakang tersebut.Menurut Ketua DPRD DKI Jakarta, Ferrial Sofyan,
dalam setahun ini keduanya baru mengerjakan berbagai program yang kasat
mata. Seperti dalam bidang pendidikan melalui program Kartu Jakarta
Pintar (KJP) dan bidang kesehatan melalui Kartu Jakarta Sehat (KJS).
Namun tidak pada yang tidak kasat mata. Seperti pelayanan masyarakat.
Masih
banyak keluhan warga terkait pengurusan administrasi mulai dari
perizinan. Ini yang tidak kasat mata dan harus dibenahi oleh gubernur.
Terobosan harus dilakukan,” ucap Ferrial, Jumat (27/12/2013).
Pembenahan
tidak kasat mata ini dikatakan politisi Partai Demokrat tersebut lebih
kepada internal di jajaran Pemprov DKI Jakarta. Diantaranya pengawasan
mulai dari perencanaan, pelelangan, hingga pelaksanaan pengerjaan. Ini
menjadi penting, agar berbagai program yang direncanakan mantan Walikota
Solo tersebut dapat tepat sasaran. “Bisa dibayangkan ada 35 ribu item
program dalam Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD) yang harus
diawasi. Tidak mungkin cuma gubernur yang mengawasi,” ucapnya.
Belum
lagi 60 ribu item yang harus dilelang oleh tujuh ribu panitia lelang.
Pembenahan internal inilah yang dikatakan Ferrial yang harus dilakukan
oleh Jokowi. Yakni melalui pemberdayaan Sumber Daya Manusia (SDM) di
jajarannya secara maksimal. “Bisa dibayangkan jika 7 ribu panitia lelang
ini tidak bekerja maksimal. Apakah akan jalan ini pembangunan. Jadi,
Jokowi mempunyai pekerjaan rumah untuk membenahi ritme kerja aparatnya
untuk menunjang kinerjanya. Selama setahun ini terlihat seluruhnya
dipegang oleh gubernur,” kata Ferrial.
Namun secara umum, Ferrial
menilai Jokowi-Ahok telah melakukan perubahahan secara mendasar. Seperti
untuk mengatasi banjir yang dilakukan secara sporadis. Untuk mengurusi
banjir, Pemprov DKI membuat sumur resapan, saluran air.
Anggaran
untuk mengatasi banjir yang dikantongi oleh Dinas Pekerjaan Umum (PU)
dirasa Ferrial dapat dimanfaatkan dengan baik. “Dinas PU sudah
merencanakan pompa besar ada di 5 tempat. Anggarannya 2T. Ini
langkah luar biasa. Suatu hal yang bagus,” katanya.
Ferrial juga
menyoroti soal penanganan kemacetan yang dilakukan leh Jokowi-Ahok.
Langkah keduanya mendatangkan 1.000 bus untuk menunjang transportasi
umum bagi warga DKI pada 2014 merupakan langkah yang tepat.
“Kita
nggak bisa hindari kemacetan. Sebagai ilustrasi, motor baru mulai
Januari hingga Oktober 2013 mencapai satu juta unit, sedangkan mobil
mobil sebanyak 250 ribu. Jadi bisa dibayangkan. Belum lagi dengan
bertambahnya jumlah penduduk.
Dengan demikian, kemacetan tak
terhindari lagi. Langkah pemda akan pengadaan bus, tahun ini 1.000 bus
dengan biaya sekitar 4,5 triliun itu bagus. Ini bisa diatasi dengan
anggaran kita yang besar, 69T (2014),” jelasnya.
Jakarta Baru
Penilaian
yang tidak jauh berbeda juga dilontarkan pengamat perkotaan Yayat
Supriyatna. Ia mengatakan sepanjang tahun ini yang harus ditelaah adalah
visi Jokowi yang menggadang tentang Jakarta Baru. “Apa yang baru? Itu
yang harus dilihat selama setahun ini. Memang tidak dipungkiri terdapat
beberapa kebijakan baru. Misalnya lelang jabatan lurah dan camat
selanjutnya kepala sekolah dan kepala puskesmas,” tandas Yayat.
Hal
lainnya yang perlu ditelaah adalah apakah ada hal yang baru yang
dirasakan warga Jakarta dalam setahun ini. Ini tidak lepas daripada
kinerja dari birokrasi itu sendiri. Meski Jokowi blusukan ke lapangan,
namun akan percuma jika aparat dibawahnya tidak bisa mengikuti ritme
kerja atasannya tersebut. Karenanya memang masih menjadi PR bagi Jokowi
untuk membenahi birokrasi. Yakni dengan membangun sistem kerja yang
efektif.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar