Kontrak politik Ketua Umum PDIP Megawati dengan Ketua Dewan Pembina
Partai Gerimdra Prabowo Subianto dinilai usang, apalagi kontrak itu
dibuat pada Tahun 2009 saat kedua partai politik (parpol) tersebut
berkoalisi.
“Politik itu dinamis, dan ada pameo dalam politik
tidak ada teman yang abadi, tapi yang ada kepentingan,” papar Guru Besar
Universitas Islam Negeri (UIN) Syarief Hidayatullah Prof Dr Yusron
Razak, di Jakarta, Jumat (27/12/2013) malam.
Karenanya, kata dia, Gubernur DKI
Jakarta Joko Widodo (Jokowi) yang disebut-sebut yang akan dicalonkan
sebagai calon presiden, tidak perlu khawatir dengan adanya pengakuan
kontrak politik antara Mega dan Prabowo.
“Mana ada kontrak politik
yang mengikat. Semua kontrak politik berlaku pada situasi dan keadaan
tertentu, sehingga ada yang istilah pemimpin politik bisa lahir pada
zamannya. Karenanya tidak lahir oleh terikat pada kontrak politik yang
dibuat di masa lalu,” tutur Yusron.
Menurutnya, bisa saja Jokowi
yang terus berada pada posisi di atas dalam elektabilitas capres,
diyakini orang sebagai orang yang lahir pada zamannya sekarang. “Jadi
menentukkan pemimpin dalam hal ini capres ada proses politik, bukan
karena ikatan kontrak politik,” papar Yusron.
Seperti diketahui,
Wakil Ketua Dewan Pembina Partai Gerindra Hashim Djojohadikusumo
menegaskan PDIP memiliki kontrak politik dengan Partai Gerindra untuk
2014. Yaitu PDIP mendukung Prabowo Subianto sebagai Capres 2014.
Kontrak
politik itu dibuat pada saat Gerindra dan PDIP berkoalisi di Pilpres
2009. Saat itu, mengusung Megawati-Prabowo sebagai Capres dan Cawapres.
Sumber :
Pos Kota
Tidak ada komentar:
Posting Komentar