Jumat, 18 Oktober 2013

Jokowi Mau Tak Urus Air Bersih

Selama setahun menjadi Gubernur DKI Jakarta, berbagai terobosan telah dilakukan Joko Widodo (Jokowi) mulai dari Kartu Jakarta Sehat sampai Night Festival. Namun, menurut pengamat kebijakan publik Agus Pambagio, masih ada hal yang dilupakan Jokowi selama menjabat.
Hal yang dilupakan itu adalah ketersediaan dan kebersihan air bersih. Agus tak melihat Jokowi menangani hal ini selain upaya buyback (pembelian saham kembali) Palyja via BUMD.
"Permasalahannya, ketersedian air bersih tidak bergantung pada kinerja operator saja, tetapi juga pada ketersediaan air baku," ujar Agus, Kamis (17/10/2013).
Agus mengatakan, dalam pengelolaan air bersih, hal paling hulu adalah air baku. Jika ketersediaan air baku tak dijamin, maka percuma melakukan buyback. Kenyataan saat ini, kata Agus, ketersediaan air baku di Jakarta semakin hari semakin menipis akibat kualitasnya yang terus memburuk.
Kualitas air baku yang mengalir ke Jakarta dari Waduk Jatilihur via Sungai Citarum memburuk karena erosi yang kerap terjadi di hulu Citarum. Hal itu diperparah oleh banyaknya pembuangan limbah di Citarum Barat yang menyebabkan air baku penuh bakteri.
"Kalau begitu, siapapun operator air bersih Jakarta, akan tetap tak maksimal hasilnya karena permasalahan ada pada air baku juga. Saya belum lihat strategi Jokowi di sini," Agus menegaskan.
Agus menambahkan, ketersediaan atau kualitas air baku yang memburuk juga akan berpengaruh pada biaya pengelolaan air bersih. Bakteri yang melimpah di air baku akan memaksa pengelola menggunakan lebih banyak bahan kimia yang mahal. Menurutnya, Jokowi perlu berkoordinasi dengan pemerintah pusat dalam hal ini. Kalau tak ditangani, dalam dua tahun, warga Jakarta bakal tak punya air bersih. "Kita bisa tak makan 30 hari, tapi kita tak bisa tak minum 3 hari. Mati kita," ujar Agus.

Sumber :
tempo.co

Tidak ada komentar:

Posting Komentar