Hari ini, Selasa, 15 Oktober 2013, tepat satu tahun Joko Widodo (Jokowi) dan Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) menjabat sebagai Gubernur dan Wakil Gubernur DKI Jakarta. Dalam satu tahun ini, Jokowi berulang kali menjadi sorotan, bukan hanya kiprahnya sebagai Gubernur DKI, melainkan juga peluangnya menjadi calon Presiden RI pada Pemilihan Umum 2014.
Belum genap satu tahun menjabat gubernur, nama Jokowi sudah berkali-kali disebut sebagai calon favorit presiden.
Jauh sebelum ia dilantik sebagai gubernur, Jokowi berjanji akan menuntaskan pekerjaannya sampai selesai masa jabatannya di Ibu Kota. Itu antara lain pernah diucapkannya di kediaman Ketua Umum Dewan Pimpinan Pusat Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P) Megawati Soekarnoputri, 20 September 2012. Meski demikian, toh pria asal Solo, Jawa Tengah, itu hampir tak pernah absen dalam setiap survei capres RI. Namanya bahkan selalu berkibar paling atas sebagai calon favorit.
Terhadap semua survei itu, kini Jokowi selalu memberikan jawaban penuh teka-teki tentang rencana "naik pangkat" menjadi RI-1. Dalam catatan Kompas, Jokowi selalu mengelak menjawab langsung tentang pencalonannya sebagai presiden. "Jadi capres? Wongdari dulu enggak pernah mikir lah," ujar Jokowi di Balaikota Jakarta, Selasa (28/5/2013) pagi.
Sehari kemudian, Jokowi kembali menjadi fokus perhatian media terkait isu rencana pencalonannya menjadi Presiden RI. Jawaban serupa juga muncul sebulan kemudian dan beberapa waktu berikutnya.
Pernah suatu ketika wartawan "memancing" dengan pertanyaan siapa tokoh yang paling tepat untuk mendampingi Jokowi? "Paling enak sih ya dipasangkan sama istri saya," ujar Jokowi sambil tertawa di Balaikota, Jakarta, Rabu (29/5/2013) pagi. "Saya enggak mau digosok-gosok, digoda-goda, dikompor-kompori masalah itu. Konsentrasi saya masih banjir, rusun, macet, waduk," ujar Jokowi di kompleks Gedung MPR/DPR RI, Kamis (27/6/2013).
Wartawan pun kemudian menjadi hapal tentang jawaban yang disampaikan Jokowi saat ditanya soal pencapresan. Jawaban jenaka, kadang tidak nyambung dan mengalihkan topik pembicaraan justru membuat jurnalis kian penasaran dengan rencana Jokowi di kancah nasional.
"Tanyakan yang menyurvei. Saya itu bukan orang ndeso, tapi wajah ndeso, orangnya kota. Beda loh wajah ndeso sama orang ndeso," ujar Jokowi di Balaikota Jakarta, Senin (15/7/2013).
"Tanya kok copras-capres, survai-survei. Tanya itu rusun, Waduk Ria Rio, Tanah Abang," katanya.
Menebak Jokowi
Pengamat politik Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Siti Zuhro, mengatakan, jawaban-jawaban Jokowi itu wajar diucapkan oleh seorang politikus. Sama seperti menjelang pencalonan Jokowi sebagai gubernur di Jakarta, di Solo pun Jokowi tak pernah menyatakan tidak ataupun bersedia maju menjadi DKI-1. Siti menduga, akhir jawaban Jokowi soal pencalonannya menjadi Presiden Indonesia.
"Kita harus selalu ingat, Jokowi itu politisi. Dia selalu memberi celah kemungkinan dalam tiap jawaban. Ada nada kehati-hatian karena dia menyadari posisinya sebagai gubernur yang baru setahun disumpah. Dia tak mau mendapat stigma negatif jika jawaban nyapres terdengar lugas," ujar Siti.
"Tapi yang penting, Jokowi akan tetap bekerja di Jakarta sepenuh hati. Perkara PDI-P suatu saat akan mengatakan, 'Ya, Jokowi calon kami,' saya yakin ending-nya akan ke sana," katanya.
Dugaan Siti itu didasarkan pada dua hal. Yang pertama, pemilihan legislatif RI sudah di depan mata. Partai akan berlomba-lomba berkompetisi mendulang banyak suara. Caranya apalagi kalau bukan menyodorkan tokoh andalan agar rakyat ramai-ramai memilih partai sehingga sang jagoan mau maju menjadi capres.
Fakta kedua, kata Siti, ada kesan aksi "kejar tayang" oleh Jokowi di satu tahun pertamanya sebagai Gubernur DKI. Jokowi cenderung memilih program yang memiliki hasil terukur, seperti penertiban pedagang kaki lima di Tanah Abang, penataan Waduk Pluit, penataan Waduk Ria Rio, dan sejumlah program lain yang menyangkut orang dalam skala besar ketimbang program lain yang tidak terukur.
Mengutip pernyataan pengamat tata kota dari Universitas Trisakti, Nirwono Joga, program itu berhasil bukan melalui proses birokrasi, tetapi melalui dana corporate social responsibility atau CSR dari pihak ketiga. Nirwono mencatat, jumlah penyerapan APBD 2013 menjadi yang terendah dalam 30 tahun terakhir, yakni hanya 12 persen.
"Artinya, Jokowi baru mengerjakan kulitnya, isinya belum. Meski, harus kita apresiasi setahun dengan pencapaian itu luar biasa," kata Siti.
Siti berharap PDI-P memberikan penjelasan yang mendidik kepada rakyat tentang dukungan partai tersebut terhadap calon presidennya. Kalau pada akhirnya PDI-P mengajukan Jokowi sebagai capres 2014, maka sebaiknya PDI-P memberikan alasan-alasan yang tepat tentang pencalonan itu.
Sumber :
kompas.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar