Yati terlihat sedang membereskan lapaknya di area parkir Lokasi
Binaan PKL Pasar Minggu. Dia mengaku terpaksa memindahkan lapaknya dari
pinggir jalan ke lokbin karena merasa capek.
Sejak ada penertiban, PKL di Pasar Minggu merasa tidak nyaman. Berkali-kali, PKL terkena gusuran oleh petugas Satpol PP dan Dinas Perhubungan.
"Saya capek, diuber-uber mulu. Katanya kalau coblos Jokowi enak kok malah tambah repot," sesal Yati saat ditemui Kompas, Minggu (11/8/2013).
Berbeda dengan Yati, Santi masih enggan masuk ke Lokbin. Dia pun
tidak takut jika harus dipidanakan karena masih berjualan di jalan.
"Katanya, kalau hari Senin (12/8/2013) para PKL masih bandel jualan
di jalan, katanya mau dipenjara. Masa jualan di pinggir jalan dijeblosin
ke penjara, emang saya nyuri? Tapi saya rela kok dipenjara, asal
sekolahin empat anak saya di kampung," ujar Santi.
Menurut Santi, dia menjadi tulang punggung utama keluarganya.
Suaminya, yang tinggal di kampung bersama empat anaknya, hanya bertani.
Hasilnya, kata dia, tidak cukup untuk membiayai hidup mereka.
Santi mengaku akan pindah jika memang pemindahan PKL sudah jelas. Ia
mengganggap lokasi lokbin tidak akan cukup menampung para PKL yang
biasanya berdagang dengan sistem dua shift ini, yakni pukul 03.00-16.00
untuk tukang sayur dan buah, jam 16.00-21.00 untuk pedagang baju dan
sepatu.
Sumber :
kompas.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar