Senin, 12 Agustus 2013

Jokowi Seperti Belut

Jalanan sekitar Pasar Tanah Abang yang lengang dan kondusif pascapenertiban sudah bisa dirasakan manfaatnya, baik oleh pedagang maupun masyarakat umum. Mereka pun mengapresiasi upaya Pemerintah Provinsi DKI Jakarta (Pemprov DKI Jakarta) itu.
"Dia (Jokowi) kalau ngilangin macet, cap jempol banget," kata pedagang kolang-kaling, Wati, kepada, Senin (12/8/2013).
"Gubernur-gubernur yang kemarin enggak bisa. Sampai perang-perang sama pedagang," lanjut dia.
Bukan berlebihan, Wati yang berdagang di Pasar Tanah Abang sejak 30 tahun silam itu menjadi saksi tragedi pembakaran kantor kecamatan pada 1997. Kala itu, yang namanya relokasi identik dengan ambil paksa hak pedagang, lapak, barang dagangan, dan sebagainya.
"Sekarang masih ada basa-basinye, kalau dulu maen angkut aja," ungkap Wati.
Wati mengakui, Jokowi adalah sosok pemimpin yang pelan, tetapi tegas. Meski begitu, ia pun kadang heran dengan aktivitas blusukan Jokowi. Ia mengibaratkan Jokowi seperti belut. Susah dipegang, susah ditebak ke mana larinya. Tanpa pengumuman, mendadak ada di tengah-tengah warga. Wati berharap pemimpin DKI yang lain juga bisa mencontoh aksi-aksi Jokowi.
Dia juga menyinggung soal rumah jagal. Wanita paruh baya itu tinggal di Jalan Sabeni. Rencananya, di situlah Wali Kota Jakarta Pusat Saefullah akan merelokasi rumah jagal Blok G Pasar Tanah Abang.
Mendengar rencana itu, ia kurang setuju. Sebab, sejauh ini belum pernah ada pemimpin yang menengok bagaimana kondisi riil permukiman yang di tengah-tengahnya terdapat rumah jagal.
"Kalau ujan, air got meluap, tai kambing pada ngrendem," ungkap Wati.
"Coba ada camat ke sini (nengok) ya. Ini giliran orang kecamatan ditelepon, (got) kering, (limbah) disedot. Kalau enggak ada (orang kecamatan), (limbah) keluar. Harusnya mendadak kayak Jokowi," pungkasnya.

Sumber :
kompas.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar