Di Jaman HAM seperti sekarang ini, jurus Petrus akan mengundang banyak kecaman baik dari dalam maupun luar negeri. Bayangkan saja, langkah Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo (Jokowi) dan Wakil Gubernur Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) untuk merelokasi warga di bantaran waduk Pluit saja sudah membuat KOMNAS HAM berang. Cercaan demi cercaan, yang tidak perlu, dilontarkan untuk Jokowi-Ahok.
Belajar dari pengalaman itu, rupanya Jokowi-Ahok tidak ingin dicatat dengan tinta hitam dalam sejarah bangsa ini. Cara kontroversial pun akhirnya diambil oleh pasangan penguasa DKI Jakarta saat ini, Jokowi-Ahok, yaitu dengan cara memberdayakan preman. Suatu langkah yang patut dicontoh oleh semua penguasa di negeri ini. Pemberdayaan preman dimulai dari lapangan, yaitu parkir liar.
"Premanisme itu tidak disingkirkan. Sesuai kata Pak Gubernur, mereka akan dipekerjakan, kami sepertinya sanggup gaji mereka 4 juta rupiah per bulan," kata Ahok di Balai Kota, Jumat (28/6/2013).
Ahok
menambahkan: "Memberikan upah kepada preman sama halnya memberikan upah
pada supir TransJakarta maupun pekerja di puskesmas."
Pemberian gaji ini dimaksudkan sebagai pemberdayaan para preman yang diarena parkir liar, dengan memberikan pekerjaan yang benar.
Alasan yang yang cukup masuk akalpun diberikan,
"Kami tak masalah bayar orang dengan baik, yang penting uang parkir masuk kas daerah lebih baik. Kami gaji orang 2 juta, tapi terima income parkir 30% atau gaji mereka 4 juta, tapi income parkir 100% masuk kas daerah Pemprov DKI Jakarta," kata Ahok.
"Kami tak masalah bayar orang dengan baik, yang penting uang parkir masuk kas daerah lebih baik. Kami gaji orang 2 juta, tapi terima income parkir 30% atau gaji mereka 4 juta, tapi income parkir 100% masuk kas daerah Pemprov DKI Jakarta," kata Ahok.
Untuk mencapai tujuan tersebut, Ahok, juga akan melakukan pembenahan atau penataan
di sektor perparkiran. Di antaranya dengan menerapkan sistem parkir
terintegrasi atau integrated parking sistem di sejumlah wilayah di DKI Jakarta pada tahun 2013 ini.
Uji
coba parkir terintegrasi ini baru di wilayah perumahan. "Nanti di
Kelapa Gading, di seluruh perumahan, ruko-ruko. Lalu baru masuk ke
tengah Jakarta. Biaya per wilayah nanti semakin masuk ke Monas semakin
mahal," kata Ahok.
Sistem zonasi yang menentukan harga parkir untuk
menahan laju kendaraan masuk ke tengah Jakarta. "Biar tak macet, kita
kasih harga mahal. Kasih harga Rp50 ribu atau Rp100 ribu. Yang tak
kaya-kaya banget kan pasti tak mau. Mereka pasti pindah pakai
TransJakarta dan kereta. Macet baru bisa diatasi," tutup Ahok.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar