Jumat, 14 November 2014

Bertemu WNI di Brisbane

Presiden Joko Widodo (Jokowi) disambut dengan meriah oleh ratusan WNI yang berkumpul di Brisbane, Australia. Mereka rebutan untuk bersalaman, bahkan ada yang teriak histeris 'hidup Indonesia!'.
Acara pertemuan Jokowi dan WNI digelar di Queensland University of Technology, Jumat (14/11/2014). Acara dimulai pukul 20.50 waktu setempat.
Jokowi yang datang bersama rombongan sempat menengok fasilitas canggih bernama cube di QUT. Kemudian, presiden naik ke lantai 10, menemui ratusan WNI yang sudah menunggu sejak pukul 19.00 waktu setempat.
Sama saat seperti bertemu dengan WNI di Myanmar, Jokowi menyalami hampir semua para WNI yang hadir. Mereka langsung heboh dan bertepuk tangan.
"Hidup Indonesia! Salam tiga jari!" teriak para WNI.
Jokowi kemudian menembus kerumunan masyarakat Indonesia yang berkumpul di ruangan. Pengamanan sengaja dilonggarkan agar masyarakat yang tinggal di Australia bisa dekat dengan presidennya.
"Hidup Pak Jokowi!" teriak seorang WNI lagi.
Suasana acara temu WNI dengan Presiden Joko Widodo di Brisbane, Australia, berlangsung sangat cair. Jokowi mewawancarai para pelajar di Brisbane, mendengar curhat para anggota diaspora, hingga mendapat suara tangis bahagia.
Acara tanya jawab dengan WNI Brisbane ini digelar di Queensland University of Technology (QUT), Jumat (14/11/2014). Total ada 260 WNI yang hadir. Mereka antusias menunggu sejak dua jam sebelum acara.
Sebelum sesi tanya jawab, Jokowi sempat memberikan sambutan. Nah, di tengah pidato itu, sang presiden kemudian memanggil beberapa pelajar yang berkuliah di Brisbane.
"Di sini ada yang semester 1 dan 2?" tanya Jokowi.
Lalu majulah seorang mahasiswi bernama Nisa. Dia mengaku berasal dari Kediri, Jatim dan berkuliah di University of Queensland mengambil master bidang communication for social change.
"Belajar apa itu?" tanya Jokowi yang disambut tawa para hadirin hingga terkekeh-kekeh.
Nisa pun menjelaskan: "Kira-kira bagaimana komunikasi itu bermanfaat bagi orang banyak, Pak," jawabnya.
Lalu Jokowi memanggil mahasiswa yang hampir lulus. Naiklah seorang pria bernama Sofyan asal Aceh. Dia akan lulus di bulan Desember ini.
"Kalau lulus itu juga ya?" tanya Jokowi yang lagi-lagi disambut tawa.
Setelah itu, Jokowi menerima sesi tanya jawab. Namun tak semua bertanya, ada juga yang sekadar curhat. Misalnya, ada seorang wanita yang sudah tinggal selama bertahun-tahun di Australia dan menikah dengan pria asal Australia. Dia mengeluhkan tidak adanya fasilitas dwi kewarganegaraan untuk anaknya.
Lalu, ada juga seorang guru bahasa Indonesia yang mengeluh karena tak ada siswa yang mau belajar bahasa Indonesia di Brisbane. Dia pun mendesak agar bicara pada PM Australia Tony Abbott tentang hal tersebut.
Tak lupa, ada juga seorang wanita yang meminta Jokowi agar sering-sering ke Brisbane. Bahkan dia berharap agar ibu Negara Iriana mengizinkan suaminya bepergian ke Australia dalam waktu yang cukup intens.
"Sering-sering pak, tadi pas bapak datang saya nangis. Sering-sering ya pak. Saya juga minta sama pak Dubes, kapan kita dibuatkan perwakilan di sini pak? Tolong ya Bu Iriana, kalau bisa kasih bapak jalan-jalan ke sini ya," tutur wanita tersebut.
Terakhir, ada seorang pria yang 40 tahun lebih di Brisbane, dan sedang berusaha membangun masjid atau pusat belajar Islam. Namun hingga kini tak ada tempat untuk aktivitas tersebut. Masalahnya adalah dana. Dia pun berharap agar Jokowi bisa membantunya.
Reaksi Jokowi menanggapi permintaan itu kemudian memanggil nama Menkeu Bambang Brodjonegoro. "Saya nggak janji, tapi nanti dicek sama Pak Bambang," jawabnya.
Usai dialog, para WNI tersebut berebut untuk bisa foto bareng Jokowi. Bahkan ada sebagian yang nekat naik ke atas kursi hanya untuk melihat wajah sang presiden dari dekat.
"Kapan lagi kita punya presiden sedekat ini," ucap salah seorang WNI.

Bangsa Besar
Di awal sambutannya, Jokowi berpesan pada para WNI di Australia agar tidak minder dan inferior. Sebagai WNI, justru harus muncul kebanggaan karena kini Indonesia bukan bangsa kecil lagi.
"Kita sudah mungkin beberapa puluh tahun lalu, tidak merasakan bahwa Indonesia ini adalah bangsa yang besar. Kita adalah bangsa yang besar," kata Jokowi yang disambut tepuk tangan para WNI.
Sebagai bukti, Jokowi pun menceritakan pengalamannya di KTT APEC. Kala itu dia bersanding bersama presiden AS Barack Obama, Presiden Tiongkok Xi Jinping, Presiden Rusia Vladimir Putin.
"Meskipun Jokowi adalah pendatang baru di APEC, saat itu mungkin dilihat, duduk kita di sini Xi Jinping, di sini presiden Jokowi, presiden Putin di sini presiden Obama," kata Jokowi sambil menunjuk posisinya ketika itu.
"Karena kita bangsa yang besar, karena harus menempatkan diri sebagai bangsa yang besar. Jangan sekali kali merasa inferior, jangan menjelekkan diri sendiri, bangsa sendiri, keluarga kita sendiri, daerah sendiri. Itu tidak boleh. Yang boleh adalah membangggakan bangsa kita," paparnya.
Presiden ketujuh Indonesia ini yakin, bila negara dikelola dengan manajemen yang baik, maka Indonesia akan memiliki segalanya. Termasuk memebrdayakan masyarakat Indonesia yang ada di Australia.
"Ini orang pandai semua, kenapa kita harus sering merasa inferior ada apa dengan kita. Kita adalah bangsa yang ebsar harus ditunjukkan dengan sikap yang besar," tegasnya.

Cerita Tip Makan Malam dari Presiden Tiongkok Xi Jinping
Pada pertemuan tersebut Jokowi bercerita tentang makan malam bersama Presiden Tiongkok Xi Jinping ketika APEC pekan lalu. "Pas makan malam saya tanya: Presiden Xi, kenapa Tiongkok bisa meloncat seperti ini? Padahal dulu tertutup? Beri saya 3 poin saja. Jangan banyak-banyak," cerita Jokowi, Jumat (14/11/2014).
Suasana dialog sangat cair, dan diselingi canda.
Lalu, Jokowi pun menceritakan tiga poin yang disampaikan oleh Jinping. Berikut tipsnya:
"Ke satu, ini penting sekali yang pertama partai yang harus bersatu. Kekuatannya ada di situ. Indonesia yang sulit. Tapi saya akan mencoba," papar Jokowi.
"Kedua, ada sebuah gagasan besar, planning besar, rencana besar, itu harus kamu punyai, Tiongkok sudah punya. Gagasan besarnya jelas, visi ke depan jelas, mau ke mana negara kita," tambahnya.
"Ketiga, kalau sudah ada rencana dan gagasan besar, infrastruktur harus dikerjakan. Seperti apa? Yang mengkoneksikan antar kota dengan kota. Pulau dengan pulau, connectivity. Ini kunci dan jangan terlambat," tegasnya.
Setelah mendapat tips itu, Jokowi kemudian bertanya, bagaimana Tiongkok membangun infrastruktur tanpa dana yang memadai? Dijawab kemudian oleh Jinping dengan mencari investor.
"Akhirnya saya bilang, ya kamu bantu dong (Indonesia). Memang mau saya larikan ke situ. Terus dijawab, iya, saya akan bantu untuk bidang kereta api, di Kalimantan, Sumatera, Papua, Sulawesi, dan pelabuhan-pelabuhan," beber Jokowi yang kemudian disambut tawa para hadirin.
Tak hanya Tiongkok, Jokowi juga menyebu melakukan lobi bisik-bisik ke negara lain, seperti Jepang, Korea Selatan dan Rusia. Semua sudah menyatakan diri berminat.

Tak Kuatir Popularitasnya Menurun
Jokowi tak khawatir dengan popularitasnya menurun akibat mengalihkan subsidi BBM. Sambil bercanda, Jokowi menyebut hal itu hanya akan berlangsung sebulan saja.
Jokowi menjelaskan kenapa subsidi BBM itu harus dialihkan. Selama ini, duit Rp 714 triliun untuk subsidi dihabiskan ke udara. Padahal ada manfaat lain.
"Selama 5 tahun anggaran untuk subsidi Rp 714 triliun, yang untuk kesehatan Rp 220 triliun, untuk infrastrukur Rp 570 triliun, bayangkan kita bangsa benar apa boros?" kata tanya Jokowi yang dijawab oleh masyarakat dengan kata boros.
Jokowi tak mau meneruskan sistem manajemen anggaran seperti itu. Karenanya, subsidi BBM akan dialihkan untuk membeli pupuk, irigasi, benih, hingga kapal untuk nelayan.
"Tapi belum dialihkan sudah demo. Insya Allah kalau penjelasan kita bener, masyarakat pasti nerima," tambah Jokowi.
Bagaimana bila popularitas Jokowi turun?
"Popularitas turun gara-gara BBM ya itu risiko. Masa pemimpin penginnya populer terus, kalau untuk kebaikan, saya nggak peduli nggak populer. Paling sebulan. Paling sebulan setelah itu minta foto lagi. Pak Selfie Pak," canda Jokowi yang disambut tawa hadirin.
Menurut Jokowi, setiap tahun ada anggaran Rp 433 triliun untuk subsidi BBM. Padahal dengan uang itu, minimal bisa dibangun 1.000 waduk yang harganya Rp 400 miliar atau jaringan rel kereta di Kalimantan hingga Sulawesi senilai Rp 360 triliun," urainya.

Tingkatkan Pelajaran Bahasa Indonesia di Australia
Jokowi juga mengatakan tidak bisa memaksakan agar warga Australia mempelajari Bahasa Indonesia. Jokowi menyebut, kunci agar Bahasa Indonesia dipelajari oleh warga Negeri Kanguru, bermula dari pesatnya hubungan dagang antara RI-Australia. 
Kalimat itu dilontarkan Jokowi untuk menjawab pertanyaan seorang guru Indonesia yang mengajarkan Bahasa Indonesia di Australia.
Menurut guru tersebut, Pemerintah Federal kini mulai mengurangi dana pengajaran untuk Bahasa Indonesia. Oleh sebab itu, kini mulai sulit mencari sekolah atau universitas di Brisbane yang mengajarkan Bahasa Indonesia.
"Saya yakin jika ekonomi di semua wilayah baik, hubungan dagang antara Indonesia dengan Australia semakin besar, maka akan ada kebutuhan dari warga Australia untuk belajar Bahasa Indonesia," kata Jokowi.
Dia kemudian mencontohkan perekonomian China yang kini tengah melesat. Dampak dari hal itu, selain tingkat pertumbuhan ekonomi tinggi, Jokowi menyebut, kini semakin banyak orang tertarik untuk belajar Bahasa Mandarin. 
"Kalau nantinya ekonomi kita seperti itu, maka tidak perlu disuruh-suruh, pasti warga Australia akan mencari sekolah atau universitas mana yang mengajarkan Bahasa Indonesia," imbuh dia. 
Namun, Jokowi juga berjanji akan membicarakan hal ini kepada Perdana Menteri Tony Abbott, untuk mendorong atau memberi beasiswa bagi masyarakat supaya bisa mempelajari Bahasa Indonesia.
Bahasa Indonesia, merupakan salah satu bahasa asing yang dipelajari di sekolah-sekolah di sana. Kantor berita Australia, ABC News, September lalu melaporkan bahwa Bahasa Indonesia menjadi salah satu bahasa yang akan diajarkan di taman kanak-kanak di Negeri Kanguru. 
Pemerintah Federal Australia, saat ini sedang mencari sekitar 40 TK untuk berpartisipasi dalam proyek selama satu tahun tersebut. Rencana itu dikemukakan oleh Menteri Muda Bidang Pendidikan Australia, Sussan Ley. 
"Sebagai sebuah negara pulau yang ikut berpartisipasi dalam perekonomian global, kemampuan berkomunikasi dalam berbagai bahasa semakin penting bagi warga Australia dan ini sangat diperlukan bagi keberhasilan ekonomi kita di masa depan," ungkap Ley.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar