Setelah sempat menjadi perdebatan, akhirnya tiang pancang mercusuar yang
dibangun Malaysia di Tanjung Datu, Kalimantan Barat (Kalbar),
dibongkar.
Pembongkaran tiang pancang yang berada di landas
kontinen Indonesia itu dilakukan sejak 15 Oktober 2014 lalu. Sebelumnya,
pemerintah sudah melayangkan protes ke pemerintah negeri Jiran terkait
pembangunan pancang yang diketahui Indonesia sejak 16 Mei 2014.
"Melalui
proses perundingan yang panjang dan survei bersama, kedua negara
akhirnya memastikan keberadaan mercusuar tersebut berada di atas landas
kontinen Indonesia," kata Hikmahanto Juwana,
Guru Besar Hukum Internasional UI, dalam keterangan tertulis yang diterima detikcom, Kamis (23/10/2014).
Menurut
Hikmahanto, berdasarkan Konvensi Hukum Laut 1982, bila Malaysia hendak
membangun mercusuar di atas landas kontinen Indonesia maka Malaysia
harus mendapat izin dari Indonesia sebagai negara yang memiliki landas
kontinen.
Jelang akhir pemerintahan SBY, Panglima TNI telah
melakukan ultimatum agar Malaysia merobohkan sendiri pembangunan
tersebut. Namun Malaysia tidak menggubris ultimatum tersebut.
Kemungkinan Malaysia melihat pemerintahan SBY yang menekankan pendekatan
persuasif ketimbang tegas dan keras. Akibatnya pembongkaran tidak
kunjung dilakukan.
"Namun menjelang pergantian kepemimpinan dari SBY ke Jokowi barulah Malaysia melakukan pembongkoran," kata Himahanto.
"Kemungkinan
Malaysia melakukan hal ini karena tahu pemerintahan Jokowi akan
bertindak tegas dan keras terhadap siapapun negara yang menganggu
kedaulataan dan kepentingan nasional Indonesia," imbuhnya.
Hikmahanto memperkirakan, ke depan pemerintahan Jokowi-JK tidak akan
menggunakan pola kebijakan luar negeri yang digunakan SBY, yaitu 'seribu
teman dan nol musuh', khususnya di isu-isu bilateral.
"Terlebih
lagi visi negara maritim Jokowi yang mengharuskan pemerintah harus
berwibawa terhadap gangguan negara lain di laut," imbuhnya.
Meski
demikian Malaysia patut diapresiasi dalam membongkar Mercusuarnya
sehingga tidak memunculkan konflik antar negara dengan dimulainya
pemerintahan baru di Indonesia. Apa yang dilakukan Malaysia harus juga
menjadi pelajaran bagi negara-negara lain, khususnya Australia yang
mengembalikan para pencari suaka secara tidak sah ke Indonesia melalui
laut.
Indonesia sejak masa kepemimpinan Jokowi akan tegas dan
keras bila kedaulatan dan kepentingan nasional Indonesia diganggu. "Hal
ini merupakan investasi awal yang baik bagi pemerintahan Jokowi dalam
mewujudkan visi negara maritim," katanya. [detik]
Soal perbatasan Kalimantan dengan Malaysia. Pada kesepakatan bilateral, barisan koordinat perbatasan mengikuti punggung bukit/pegunungan. Di sebelah Utara pegunungan, wilayah Malaysia. Di sebelah Selatan pegunungan, wilayah Indonesia. Tapi Malaysia sudah memindahkan beberapa patok strategis ke bawah gunung ke arah Selatan sehingga di beberapa tempat keseluruhan pegunungan jadi masuk wilayah Malaysia dan dibabat habis hutannya oleh Malaysia. Kelompok yang berwenang di perbatasan gampang disogok, sementara pemerintah pusat tidak perduli, sedangkan kementrian daerah tertinggal sibuk korupsi. Mohon diusut.
BalasHapus