Saat ini pasangan Presiden dan Wakil Presiden, Joko
Widodo (Jokowi)-Jusuf Kalla (JK), tengah menyusun kabinet pemerintahan.
Meskipun sudah bisa dipastikan bahwa para menteri akan banyak datang dari parpol yang dibungkus dengan alasan bahwa "orang parpol juga banyak yang profesional", tetapi untuk lebih meyakinkan, dikeluarkan "syarat-syarat menteri".
"Ada tim khusus yang mengecek. Dan ada lima syarat bisa duduk di kursi
menteri," kata Anggota Pemenangan Jokowi-JK Eva Kusuma Sundari, saat
berbincang dengan Metrotvnews.com, Jumat (25/7/2014).Syarat yang pertama, lanjutnya, yaitu bersih dari korupsi, latar belakangnya bagus. Kemudian dapat bekerja dengan team work. "Loyal dan mempunyai kemampuan manajerial," ucapnya.
Tim khusus yang meneliti sosok tersebut, sambungnya, menyodorkan
sejumlah nama untuk dicek apakah sesuai dengan kebutuhan, dan akhirnya
Jokowi-JK akan menentukan. "Basisnya profesional. Jadi orang parpol
juga ikut kompetisi. Tidak ada primodial. Eggak bisa asal-asalan
mengajukan orang," terangnya.
Terkait dengan laman Facebook itu berjudul Jokowi Center, yang di
dalamnya terdapat formulir berjudul Kabinet Alternatif Usulan Rakyat
(KAUR), Eva mengatakan bahwa Jokowi memang sengaja ingin meminta
partisipasi masyarakat untuk menentukan siapa saja yang pantas menduduki
kursi menteri pada periode 2014-2019 mendatang. "Jokowi memang mengundang, dibuka lebar sudah banyak beredar versi-versinya," tukasnya.
Menteri Pertahanan Wanita
Lebih Jauh Eva Kusuma
Sundari, mengatakan, Jokowi sangat terbuka terhadap usulan menteri dari
kaum perempuan dalam kabinet baru nanti. "Kalau prosesnya kami sangat
partisipatoris,” kata Eva, Jumat (25/7/2014).
Pemerintahan
Jokowi, menurut Eva, tak mengharuskan perempuan mengisi pos-pos
tradisional seperti Menteri Pemberdayaan Perempuan atau Menteri
Kesehatan, melainkan bisa di posisi manapun bahkan Menteri Pertahanan.
"Asalkan kapasitasnya oke, serta masuk dalam lima kriterianya Jokowi,”
kata dia.
Namun, Eva menilai, selama ini kaum perempuan
cenderung tak aktif dalam mengajukan nama-nama untuk mengisi posisi
menteri. Jokowi, menurut Eva, sebenarnya sangat mempersilahkan untuk
diajukannya kaum perempuan dalam kabinetnya nanti.
Dengan
sistem susunan kabinet secara terbuka yang dilakukan Jokowi, kata Eva,
penting bagi perempuan untuk serius mendorong kaum mereka sendiri dalam
mengisi pos-pos kementerian strategis. "Mereka protes tapi enggak
ngajuin nama,” ujar Eva.
Secara terpisah, pengamat
Pertahanan dari LIPI, Jaleswari Pramodhawardani, menilai, visi misi
Jokowi-JK memberikan ruang bagi kaum perempuan dalam berpolitik. "Artinya bisa dibaca dalam politik ini, perempuan bisa menduduki peluang
yang sama di kementrian,” kata Jaleswari yang kebetulan berasal dari
kaum perempuan.
Menurut dia, untuk posisi Menteri
Pertahanan, masih ada anggapan di masyarakat posisi terebut diisi oleh
kaum laki-laki. »Biasanya jadi domain laki-laki,” kata dia ketika
dihubungi Tempo, Jumat 25 Juli 2014.
Jaleswari menilai,
hal sebaliknya juga terjadi pada kementerian-kementerian yang terkait
dengan urusan sosial, kesehatan, atau perempuan. »Hal-hal sosial itu
cenderung perempuan. Mindset ini belum sepenuhnya hilang,” kata dia.
Menurut Jaleswari, dalam penentuan susunan kabinet, selain persoalan
gender, penting pula untuk melihat apakah mereka yang terpilih mempunyai
kemampuan berpolitik yang baik. »Bagiamana leadership-nya,” kata dia. [metrotvnews,tempo]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar