Minggu, 29 Juni 2014

Prabowo-Jokowi Bersaing Sengit, Golput Diprediksi Turun

Pemilihan presiden 9 Juli tinggal menghitung hari. Kedua pasangan capres dan cawapres, Prabowo-Hatta dan Jokowi-JK tengah bersaing ketat. Sebab kedua kubu saling mengklaim jika masing-masing pasangan memprediksikan bakal memenangkan pemilu 2014.
Berdasarkan temuan hasil survei Indo Barometer, baik Prabowo-Hatta dan Jokowi-JK bersaing ketat. Tren kedua pasangan tersebut memang mengalami kenaikan. Namun, pasangan Prabowo-Hatta tampak signifikan alami peningkatan.
Menurut Direktur Eksekutif Indo Barometer M. Qodari, hasil survei yang dilakukan bulan Juni bahwa pasangan Prabowo-Hatta kian naik tingkat elektabilitasnya, dibandingkan Jokowi-JK. "Berdasarkan hasil Survei 16-22 Juni 2014 elektabilitas Prabowo terus mengalami peningkatan dan Jokowi mengalami penurunan. Prabowo-Hatta 42,6 persen dan Jokowi-JK 46 persen," kata Qodari di Hotel Harris, Tebet Jakarta Selatan, Minggu (29/6/2014) lalu.
Qodari mengatakan, dalam masa kampanye pilpres Prabowo-Hatta berhasil mendongkrak 6,1 persen suara sebaliknya Jokowi turun 3,9 persen. Kenaikan elektabilitas Prabowo-Hatta lantaran koalisi partai yang mendukungnya memiliki kekuatan solid. Terlebih, mesin partai politik juga diisi para politisi elite.
Hal ini berbeda dengan tim pemenangan Jokowi-JK yang belum maksimal dalam melakukan kampanye ke masyarakat. "Pendukung Jokowi-JK harus aktif dan turun tangan," ucap dia.
Sehingga, kerja partai politik mampu memperebutkan pemilih swing voters untuk tidak Golput (golongan putih) pada pemilu tahun ini. Dalam setiap Pemilu, fenomena golput memang selalu terjadi. Alasan mereka rata-rata tidak percaya atau kurang mengenal dengan figur capres yang ada.
Hasil rekapitulasi Komisi Pemilihan Umum (KPU) pada Pilpres 2009, jumlah pemilih yang golput tercatat sebanyak 49.212.158 orang atau 27,77 persen. KPU mencatat, jumlah pemilih yang menggunakan haknya dalam Pilpres 2009 yaitu 127.999.965 orang atau 72,24 persen.
Sementara itu, survei yang dilakukan oleh lembaga Founding Fathers House (FFH), sebanyak 78,6 persen publik menyatakan akan menggunakan hak pilih mereka pada Pilpres 2014, sedangkan 1,4 persen menyatakan tidak akan memilih. Namun, sisanya 20 persen publik masih menyatakan tidak tahu akan memilih calon pemimpin yang mana. Masyarakat yang termasuk 20 persen ini, dikhawatirkan akan lari menjadi golongan yang tak akan menggunakan hak pilihnya.
Peneliti senior FFH Dian Permata menemukan adanya ancaman potensi golput yang tersebar di beberapa daerah di Indonesia seperti Papua, Jawa Timur, DKI Jakarta, Banten, Lampung, Kepulauan Riau, dan Riau. "Sementara pemilih yang tidak tahu apakah akan menggunakan hak politiknya atau tidak tersebar merata di seluruh provinsi kecuali DIY," kata Dian di kantornya, Jalan Prapanca Raya, Kebayoran Baru, Jaksel, beberapa waktu lalu.
Melihat hasil rekapitulasi KPU Pilpres 2009 dan hasil survei FFH, angka golput bisa jadi akan berkurang pada tahun sebelumnya. Di sisi lain juga, alasan pemilih untuk tidak golput pada Pilpres 2014 yakni adanya dua figur Capres Prabowo Subianto dan Joko Widodo.
Koordinator Peneliti Pusat Penelitian Politik Nasional Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Irine Gayatri mengatakan, pemilih yang memilih pasangan Prabowo-Hatta karena memiliki figur yang tegas. Selain itu, pasangan ini memiliki dukungan dari partai-partai Islam seperti PPP, PKS dan PAN yang dapat menarik massa Islam. "Prabowo didukung partai-partai yang berbasis agama," katanya.
Sedangkan untuk pasangan Jokowi-JK memiliki sosok yang merakyat dan tidak memiliki rekam jejak Orde Baru. "Kebijakan-kebijakannya (Jokowi saat jadi wali kota dan gubernur) populis atau berkaitan dengan yang diinginkan rakyat," kata Irine.
Menurutnya, saat menjabat sebagai wali kota Solo, Jokowi berhasil merelokasi pedagang kecil tanpa menimbulkan konflik sedikitpun. Saat menjadi Gubernur DKI, Jokowi menyediakan berbagai fasilitas untuk rakyat kecil seperti Rusun dan Kampung Deret.
Dengan memiliki sisi positif kedua capres tersebut, diharapkan angka golput dapat berkurang pada Pilpres 9 Juli nanti. Sehingga masyarakat dapat memberikan hak pilihnya terhadap kedua pasangan capres dan cawapres tersebut dengan bijak.  [merdeka]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar