Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo (Jokowi) menyoroti lemahnya ketahanan pangan di Ibu
Kota. Kelemahan itu disebabkan karena Jakarta tak punya ruang stok
makanan yang cukup besar.
"Kebutuhan pangan di DKI 3 ribu ton per
hari. Stok nya 30 ribu ton, artinya cukup untuk 10 hari. Menurut saya
itu masih dalam posisi berbahaya," kata Jokowi dalam pidatonya soal
Kedaulatan Pangan di UIN Syarif Hidayatullah, Ciputat, Tangsel, Sabtu
(21/12/2013).
Jokowi pernah melihat gudang
penyimpanan yang dimiliki Uni Emirat Arab. Jokowi menuturkan gudang
milik negeri di wilayah Timur Tengah itu luasnya 10 kali lipat lapangan
Monas.
"Saya lihat storage di Uni Emirat Arab, itu gedenya 10
kali lipat Lapangan Monas. Di cool storage nya ada daging sapi, ayam,
dan mereka semua stok, dan punya stok untuk hampir 1 tahun. Menurut saya
itu luar biasa, artinya kalau ada sesuatu saat mereka tidak dapat
mengimpor, mereka punya waktu setahun bergerak cari alternatif yang
lain," ujarnya.
Menurut Jokowi, tak adanya gudang penyimpanan
yang memadai ini menjadi salah penyebab tak stabilnya harga bahan pokok
di Jakarta.
"Kita tidak punya storage dan cool storage yang memadai, sehingga harga pangan kita tidak dipermainkan," tuturnya.
Jokowi
menambahkan, saat ini ia belum melihat para spekulan yang mempermainkan
harga pangan di pasaran. Kondisi ini terjadi karena dia bersama Wakil
Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) tengah berkonsentrasi pada
birokrasi serta mengatasi macet dan banjir.
"Saat ini konsentrasi kami adalah birokrasi dan terfokus kepada macet dan banjir," ungkapnya.
Dengan
kondisi demikian, maka sejumlah spekulan menjadi lebih mudah dalam
mempermainkan harga pangan di Jakarta. Ditambah lagi, Pemprov DKI belum
memiliki gudang yang memadai sebagai tempat penyimpanan.
Sumber :
detik.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar