Setelah sempat hanya menjadi wacana selama Fauzi Bowo menjadi Gubernur
DKI Jakarta, moratorium alias penghentian sementara untuk pembangunan
mal kini mulai dijalankan di masa kepemimpinan Joko Widodo (Jokowi). Ruang
terbuka hijau di Jakarta selama ini tergerus deretan mal yang terus
dibangun. Bagaimana respons publik?
"Jakarta sudah saatnya
menyeimbangkan diri," kata Turseena Amelia Yahya (24), menyambut gembira
moratorium mal tersebut. Lulusan universitas ternama
Malaysia yang
sering bepergian ke beragam negara ini mengatakan di negara-negara yang
pernah didatanginya, keseimbangan antara ruang terbuka hijau dan
bangunan sangat terasa.
Turseena mencontohkan Ueno Park dan
Yoyogi Park di Jepang, adalah ruang terbuka hijau yang mengimbangi
"kegarangan" nuansa perkotaan di Jepang. Demikian juga Victoria Park di
Hong Kong dan Botanical Garden di Singapura.
"Sangat setuju (moratorium mal). Mal di Jakarta sudah kebanyakan. Sudah itu nambah-nambahin titik kemacetan juga," ujar Turseena yang kini menjadi karyawati sebuah bank tersebut ketika ditemui Kompas.com, Selasa (17/9/2013).
Turseena
berkeyakinan harapan Jokowi agar suatu ketika warga Jakarta dapat
berbondong-bondong pergi ke taman, dapat terwujud. Demikian juga impian
Jokowi tentang berlangsungnya interaksi warga Jakarta di tengah
kesegaran udara. "Positifnya, warga jadi punya tempat untuk
kumpul-kumpul. Di Ueno Park itu orang bisa datang lihat bunga Sakura. Di
Yoyogi Park tiap weekend juga ada musik gratis, jadinya seru," lanjut Turseena.
Jakarta, kota dengan 173 mal
Dukungan
tak hanya datang dari warga biasa. Wakil rakyat di DKI Jakarta pun ikut
bersuara sama. Salah satunya Ketua Komisi A DPRD DKI, Ida Mahmuda.
Ida
mengatakan pembatasan pembangunan mal juga akan berperan mengurangi
kemacetan di Jakarta. Apalagi, imbuh dia, bila pembatasan itu diikuti
dengan perbaikan sarana transportasi publik.
Meski jelas
mendukung kebijakan Jokowi, Ida mengakui rencana pembatasan tersebut tak
akan berjalan mulus. Tentangan, ujar dia, bisa dipastikan bakal datang
dari para pengembang properti yang dirugikan kebijakan ini. "Ini harus
diantisipasi Jokowi," tegas Ida.
Sebelumnya, Jokowi mengaku ada
14 proposal pembangunan mal yang dibiarkannya tergeletak di meja
kerjanya. Dia beralasan, sekarang sudah ada 173 mal di Jakarta. "Paling
banyak sedunia. Sekarang sudah saya stop (pembangunan mal)," tegas dia.
Menurut
Ida, untuk bisa terus menjalankan kebijakan terkait mal ini Jokowi
butuh dukungan rakyat. "Pengusaha juga harus sadar kondisi Jakarta sudah
tak memungkinkan untuk dibangun mal. Pengusaha tak boleh egois mencari
keuntungan semata," tegas Ida.
Anggota DPRD DKI dari Fraksi
Partai Demokrat, Taufiqurrahman, menyarankan Jokowi membuat payung hukum
bila memang benar-benar hendak menjalankan moratorium pembangunan mal.
Namun dia mengakui, payung hukum tanpa komitmen juga tak akan berguna.
"Kalau tidak diformalkan dalam bentuk Pergub, ya silahkan. Tapi harus
konsisten, itu," kata dia.
Sumber :
kompas.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar